Mengulang Umrah Ketika Di Makkah

Dari Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تابِعُوا بَيْنَ الحَجّ والعُمْرَةِ فإِنهُما يَنْفِيَانِ الفَقْرَ والذنُوبَ كَمَا يَنْفِي الكِيْرُ خَبَثَ الحَدِيدِ والذهَبِ والفِضةِ ولَيْسَ للحَجّةِ المبرُورَةِ ثَوَابٌ إلاّ الجَنّةَ”
“ Dekatkanlah antara pelaksanaan haji dan umrah, karena mendekatkan pelaksanaan keduanya menghilangkan kemiskinan dan dosa-dosa sebagaimana pembakaran menghilangkan karat pada besi, emas, dan perak.Dan tidak ada pahala bagi haji yang mabrur kecuali surga.”(HR.An Nasai no. 2631, Tirmidzi no. 810, Ahmad 1/387. Berkata Syaikh Al Albani hadits ini hasan shahih)
Hadits ini menunjukkan keutamaan haji dan umrah sebagaimana ia memberikan pesan kepada kaum muslimin yang memiliki kemampuan materi untuk memperbanyak melakukan haji dan umrah.Namun yang dimaksudkan memperbanyak umrah di sini adalah umrah dari miqat dalam satu safar yang menyendiri bukan setelah selesai umrah lalu keluar dari kota Makkah untuk melakukan umrah lagi.
Adapun mengulang umrah secara berturut-turut sesudah melakukan umrah haji dan yang selainnya tidak ada petunjuk ulama salaf di dalamnya.
Berkata syaikul islam Ibnu Taimiyah:” Memperbanyak thawaf adalah merupakan amal shalih yang lebih utama daripada keluar dari tanah haram untuk melakukan umrah lagi dari tempat tersebut.Hal ini bukanlah termasuk perbuatan para pendahulu dari kalangan kaum Muhajirin dan Anshar. Bahkan Rasulullah tidak menganjurkannya pada ummatnya dan para salaf membencinya”. [Majmu’ Fatawa:26/145]
Di tempat yang lain Beliau menjelaskan:
“ Sunnahnya bagi orang yang telah berada di Makkah.adalah melakukan thawaf bukanlah mengulang umrah . Tidak ada dalil syar’iy yang menunjukkan kesunnahannya. Mengulang umrah merupakan kebid’ahan yang belum pernah dilakukan pendahulu ummat ini dan tidak diperintahkan dalam Al qur’an dan sunnah .” [Majmu’ Fatawa:26/264]
Berkata Ibnu al Qayyim: “Tidak ada umrah Rasulullah yang dilakukan dari dalam Makkah. Umrah yang dilakukan dan disyari’atkan oleh Beliau adalah umrah masuk ke Makkah bukan keluar dari Makkah lalu melakukan umrah darinya. Tidak ada seorangpun yang bersama Beliau melakukan hal tersebut pada masa beliau kecuali ‘Aisyah”.[Zaadul Ma’ad:2/94]
Perbuatan Aisyah yang disebutkan oleh Ibnu Qayim ini tidak dapat dijadikan sebagai hujjah atas bolehnya mengulang umrah dari beberapa sisi:
1.Umrah yang Beliau lakukan adalah sebagai ganti umrah yang tidak bisa beliau sempurnakan dengan sebab haid.
Aisyah berkata:
يَا رَسُولَ اللَّهِ اعْتَمَرْتُمْ وَلَمْ أَعْتَمِرْ
“ Wahai Rasulullah, engkau telah melakukan umrah sedangkan aku belum melakukannya…” .[H.R.Bukhari:1518]
Dan dalam riwayat lain Beliau mengatakan:
يَا رَسُولَ اللَّهِ يَرْجِعُ النَّاسُ بِعُمْرَةٍ وَحَجَّةٍ وَأَرْجِعُ أَنَا بِحَجَّةٍ
“ Wahai Rasulullah, manusia kembali dengan membawa umrah dan haji sedangkan saya kembali hanya dengan membawa haji ?” .[H.R.Bukhari:1560]
Akhirnya Rasulullah memerintahkan Abdurrahman bin Abu Bakar [=saudara kandung Aisyah ] untuk pergi bersama Aisyah ke Tan’im lalu melakukan umrah darinya.
Oleh karena itu berdasarkan kisah Aisyah ini sebagian ahli ilmu berpendapat bolehnya seorang yang melaksanakan haji ifrad untuk melakukan umrah dari Tan’im setelah menyelesaikan manasik hajinya.
2.Rasulullah dan para sahabat menunggu ‘Aisyah di Abthah dan keberangkatan Rasulullah ke Madinah tertunda karena menunggu `Aisyah.
Kalau seandainya disyari’atkan melakukan umrah bagi orang yang telah berada di Makkah tentu saja mereka akan berangkat menunaikan umrah dan tidak ada yang ketinggalan satu pun dari mereka.
3.Dhahir kisah yang ada menunjukkan bahwa Rasulullah tidak memerintahkan Abdurrahman bin Abu Bakar untuk melakukan umrah dari Tan’im semisal yang dilakukan oleh‘Aisyah.
Kalau seandainya disyari’atkan melakukan umrah bagi orang yang telah berada di Makkah tentu saja Rasulullah tidak akan menyia-nyiakan kesempatan tersebut untuk menganjurkan Abdurrahman melakukan semisal yang dilakukan oleh Aisyah.
- Dhahir kisah yang ada menunjukkan bahwa Abdurahman bin Abu Bakar tidak melakukan umrah dari Tan’im semisal yang dilakukan oleh‘Aisyah.
Kalau seandainya disyari’atkan melakukan umrah bagi orang yang telah berada di Makkah tentu saja Abdurrahman bin Abu Bakar tidak akan menyia-nyiakan kesempatan tersebut untuk melakukan semisal yang dilakukan oleh Aisyah karena Beliau menemaninya dari awal hingga akhir umrahnya.
Wallahu a’lam bishshawab
Diselesaikan tulisan singkat ini oleh hamba Allah
Abu Qushaiy al Anwar
Bersyukur, Jangan Kufur Kawanku…!