Sifat Masjid Yang Diperbolehkan Untuk Beri’tikaf
Para ulama’ telah sepakat bahwasanya I’tikaf tidaklah sah kecuali di masjid .
Imam al Qurthubiy berkata: Para ulama’ telah sepakat atas bahwasanya I’tikaf tidaklah diperbolehkan kecuali di masjid” [Ahkamul Qur’an:2/333]
Namun mereka berselisih pendapat tentang sifat masjid yang diperbolehkan untuk melakukan I’tikaf di dalamnya.
Pendapat pertama:
Boleh melakukan I’tikaf di setiap masjid walaupun tidak ditegakkan shalat jama’ah di dalamnya, karena mengamalkan keumuman firman Allah:
( وَلا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ )
“ Dan janganlah kalian menggauli istri-istri kalian sedangkan kalian dalam keadaan I’tikaf di masjid-masjid” [Q.S.Al Baqarah:187]
Ini adalah pendapat Malikiyah dan Syafi’iyah.
Pendapat kedua:
Imam Ahmad berpendapat bahwasanya I’tikaf disyaratkan untuk dilakukan di masjid yang ditegakkan shalat jama’ah di dalamnya. Beliau berdalil dengan dalil-dalil berikut ini:
1-. Atsar Aisyah:
لا اعتكاف إلا في مسجد جماعة
“ Tidak ada I’tikaf kecuali di masjid jami’ “.[H.R.Al Baihaqiy dan dishahihkan oleh syaikh al Baniy dalam risalah Qiyamul Lail]
2.Atsar Ibnu Abbas:
لا اعْتِكَافَ إلا فِي مَسْجِدٍ تُقَامُ فِيهِ الصَّلاةُ
“ Tidak ada I’tikaf kecuali di masjid yang ditegakkan shalat di dalamnya”
3.Berkata Urwah :
لا اعتكاف إلا في مسجد جماعة
“ Tidak ada I’tikaf kecuali di masjid jami’ “.[Riwayat Abdurrazaq dalam Mushanafnya dengan sanad shahih]
4.Berkata Az zuhriy:
لا اعتكاف إلا في مسجد جماعة
“ Tidak ada I’tikaf kecuali di masjid jami’ “.[Riwayat Abdurrazaq dalam Mushanafnya dengan sanad shahih]
5.Apabila melakukan I’tikaf di selain masjid yang ditegakkan shalat jama’ah di dalamnya maka akan membawa kepada salah satu dari 2 dampak negative berikut ini:
- Meninggalkan shalat jama’ah.Dan seorang laki-laki tidak boleh meninggalkan shalat jama’ah dengan tanpa udzur.
B.Banyak keluar dari masjid dalam rangka untuk menunaikan shalat di masjid yang lain dan ini bertentangan dengan I’tikaf [lihat al Mughniy:4/461]
Namun persyaratan ini hanya berlaku bagi kaum lelaki karena kaum wanita tidaklah diwajibkan melakukan shalat jama’ah.
Pendapat ketiga:
I’tikaf harus di masjid jami’.
Ini adalah pendapat dari Hammad,al Hakam,Abu Ja’far Muhammad bin Ali dan inilah pendapat yang dikuatkan oleh ash Shan’aniy.
Pendapat keempat:
Tidaklah sah kecuali di masjidil haram,masjid nabawi dan masjidil aqsha.
Pendapat yang rajih:
Pendapat yang rajih adalah pendapat kedua berdasarkan argumentasi yang telah disebutkan.
Wallahu a’lam bish shawab
Disadur dari kitab Fikih I’tikaf Karya Syaikh Khalid al Musyaikih
Oleh hamba Allah:
Abu Qushaiy al Anwar
Bersyukur, Jangan Kufur Kawanku…!