Cara Membersihkan Kencing Di Tanah
وَعَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ – رضي الله عنه – قَالَ: جَاءَ أَعْرَابِيٌّ فَبَالَ فِي طَائِفَةِ الْمَسْجِدِ, فَزَجَرَهُ النَّاسُ, فَنَهَاهُمْ النَّبِيُّ – صلى الله عليه وسلم – فَلَمَّا قَضَى بَوْلَهُ أَمَرَ النَّبِيُّ – صلى الله عليه وسلم – بِذَنُوبٍ مِنْ مَاءٍ; فَأُهْرِيقَ عَلَيْهِ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
“Dari Anas bin Malik ia berkata: Seorang arab gunung datang [ke masjid] lalu kencing di pojok masjid.Melihat hal itu maka para sahabat mencelanya lalu Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam melarang mereka.Tatkala orang arab gunung tersebut telah menyelesaikan kencingnya Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam memerintahkan untuk diambilkan satu timba berisikan air lalu dituangkan atasnya”.Muttafaqun ‘Alaihi
1.Takhrij Hadits:
Diriwayatkan oleh imam Bukhari : 219 dan Muslim:284,Abu Dawud:380,at Tirmidziy:147,an Nasa’iy:1/175, Ibnu Majah:1/175 .
2.Makna Lafadz-Lafadz Musykil
- أَعْرَابِيٌّ: Arab gunung, yakni orang yang tinggal di pedalaman dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain.Pada masa Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam, kebanyakan mereka berwatak keras dan jauh dari ilmu syar’iy.
- فِي طَائِفَةِ الْمَسْجِدِ: Di pojok masjid
- فَلَمَّا قَضَى: Maka tatkala telah menyelesaikan
- فَنَهَاهُمْ: Maka Nabi melarang mereka.Larangan adalah ucapan dari yang lebih tinggi menuju yang lebih rendah dan mengandung tuntutan untuk menahan diri dari sesuatu .
3.Faedah dan kandungan hukum:
A.Kencing bani Adam hukumnya najis menurut kesepakatan ahli ilmu.
Ash Shan’aniy berkata:
وَالْحَدِيثُ فِيهِ دَلَالَةٌ عَلَى نَجَاسَةِ بَوْلِ الْآدَمِيِّ، وَهُوَ إجْمَاعٌ
“ Hadits tersebut menunjukkan atas najisnya kencing bani Adam dan ia merupakan kesepakatan ahli ilmu” [Subulus Salam:1/34,Ash Shan’aniy]
B.Di antara cara membersihkan tanah yang terkena kencing adalah dengan cara disiram dengan air.
Tanah apabila terkena kencing maka cara menyucikannya ada dua cara:
1.Dituangkan air ke tempat yang terkena kencing.
Dasarnya adalah hadits Anas di atas.
Ini adalah madzhab dari al Atrah,Imam asy Syafi’iy,Ahmad,Malik dan Zafrah [Nailul authar:1/42,Aunul Ma’bud:2/43,Fathu Baabil ‘Inayah:1/247]
2.Dibiarkan hingga kering karena sinar matahari atau diterpa angin.
Dasarnya adalah:
Dari Ibnu Umar beliau berkata:
“ Aku tidur malam di masjid pada masa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam sedangkan aku adalah seorang pemuda yang masih bujangan dan anjing di waktu itu melakukan kencing,masuk dan keluar di masjid sedangkan mereka tidak menyiramnya sedikitpun”.
[Hadits shahih riwayat Bukhari secara mu’alaq]
Ibnu Hajar mengatakan:” Abu Dawud berdalil dalam sunannya bahwasanya tanah yang terkena najis menjadi suci karena kering” [Fathul barriy: 1/279, lihat pula Aunul Ma’bud:1/43 dan Tuhafatul ahwadziy:1/462]
Ini adalah pendapat Abu Hanifah,Abu Yusuf dan Muhammad bin Hasan.
C.Anjuran untuk menjaga dan memuliyakan masjid dari hal yang mengotorinya.
D.Berlaku lemah lembut dalam mendakwahi dan menasehati orang yang jahil
Wallahu a’lam bi ash shawab
Ditulis oleh hamba Allah:
Abu QUshaiy al Anwar
Bersyukur, Jangan Kufur Kawanku…!