Kapankah Seorang Mu’takif Masuk Tempat I’tikafnya ?

Jika seseorang beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan maka masuknya adalah sebelum matahari tenggelam menjelang malam 21. Ini adalah pendapat jumhur ulama’ [di antaranya imam Abu Hanifah,Malik,Asy Syafi’iy] berdasarkan argumentasi berikut ini:
1.Nabi melakukan I’tikaf 10 malam terakhir bulan ramadhan.
Ini menunjukkan bahwasanya beliau I’tikaf pada malam harinya bukan siang harinya karena kata ‘asyrah adalah tamyid bagi malam-malam dan 10 akhir ramadhan di mulai dari malam 21.Dengan demikian ia masuk ke masjid tempat I’tikafnya sebelum teggelamnya matahari malam 21.
2.Maksud terbesar dari I’tikaf adalah untuk mencari lailatul qadar dan malam yang paling diharapkan adalah malam –malam yang ganjil dan masuk ke dalamnya malam 21 Ramadhan.
3.Adapun apa yang diriwayatkan dari Aisyah
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَعْتَكِفَ صَلَّى الْفَجْرَ ثُمَّ دَخَلَ مُعْتَكَفَهُ
“ Rasulullah apabila hendak beri’tikaf , melakukan shalat subuh lalu memasuki tempat I’tikafnya”
Jumhur ulama’ mengatakan:
1.Yang dimaksudkan dalam hadits tersebut adalah masuk ke tempat I’tikafnya yang khusus [tenda yang telah disiapkan untuk I’tikaf] .
Imam an Nawawiy berkata:
( إِذَا أَرَادَ أَنْ يَعْتَكِف صَلَّى الْفَجْر ثُمَّ دَخَلَ مُعْتَكَفه ) اِحْتَجَّ بِهِ مَنْ يَقُول : يَبْدَأ بِالاعْتِكَافِ مِنْ أَوَّل النَّهَار , وَبِهِ قَالَ الأَوْزَاعِيُّ وَالثَّوْرِيُّ , وَاللَّيْث فِي أَحَد قَوْلَيْهِ , وَقَالَ مَالِك وَأَبُو حَنِيفَة وَالشَّافِعِيّ وَأَحْمَد : يَدْخُل فِيهِ قَبْل غُرُوب الشَّمْس إِذَا أَرَادَ اِعْتِكَاف شَهْر أَوْ اِعْتِكَاف عَشْر , وَأَوَّلُوا الْحَدِيث عَلَى أَنَّهُ دَخَلَ الْمُعْتَكَف , وَانْقَطَعَ فِيهِ , وَتَخَلَّى بِنَفْسِهِ بَعْد صَلَاته الصُّبْح , لا أَنَّ ذَلِكَ وَقْت اِبْتِدَاء الاعْتِكَاف , بَلْ كَانَ مِنْ قَبْل الْمَغْرِب مُعْتَكِفًا لابِثًا فِي جُمْلَة الْمَسْجِد , فَلَمَّا صَلَّى الصُّبْح اِنْفَرَدَ اهـ
““ Rasulullah apabila hendak beri’tikaf , melakukan shalat subuh lalu memasuki tempat I’tikafnya”
Telah berdalil dengannya orang yang mengatakan bahwa I’tikaf di mulai pada awal hari.Inilah yang pendapat al Auza’iy, ats Tsauriy,al Laits dalam salam satu ucapannya.Imam Abu Hanifah,Imam Malik,Imam Ahmad dan imam Asy Syafi’iy mengatakan : Mu’takif masuk ke tempat I’tikafnya sebelum tenggelamnya matahari malam 21 ramadhan dan mereka menafsirkan hadits tersebut dengan bahwasanya Rasulullah masuk tempat I’tikaf dan memisahkan diri dan menyepi sendirian setelah shalat subuh bukan awal waktu I’tikaf namun sejak sebelum maghrib beliau beri’tikaf, tinggal di masjid secara umum maka tatkala selesai shalat subuh beliau menyendiri “
2.Nabi melakukan hal tersebut pada hari ke 20.
Ini adalah jawaban yang disampaikan oleh al Qadhi Abu Ya’la dari ulama’ Hanabilah
As sindiy mengatakan: Jawaban ini yang penelitian memberikan faedah kepadanya dan lebih utama untuk dijadikan sandaran.
Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan masalah ini dengan sangat bagus dalam fatawanya:
“دخول المعتكِف للعشر الأواخر يكون دخوله عند غروب الشمس من ليلة إحدى وعشرين ، وذلك لأن ذلك وقت دخول العشر الأواخر، وهذا لا يعارضه حديث عائشة لأن ألفاظه مختلفة ، فيؤخذ بأقربها إلى المدلول اللغوي، وهو ما رواه البخاري (2041) عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ فِي كُلِّ رَمَضَانٍ وَإِذَا صَلَّى الْغَدَاةَ دَخَلَ مَكَانَهُ الَّذِي اعْتَكَفَ فِيهِ .
فقولها : ( وَإِذَا صَلَّى الْغَدَاةَ دَخَلَ مَكَانَهُ الَّذِي اعْتَكَفَ فِيهِ ) يقتضي أنه سبق مكثُه دخولَه ( أي سبق مكثُه في المسجد دخولَه مكان الاعتكاف ) ، لأن قولها: ( اعتكف ) فعل ماض ، والأصل استعماله في حقيقته اهـ .
Masuknya mu’takif 10 hari akhir ramadhan masuknya adalah ketika tenggelamnya matahari malam 21.Hal ini adalah karena itulah waktu 10 akhir ramadhan.Ini tidaklah bertentangan dengan hadits Aisyah karena lafadznya berbeda-beda.Dengan demikian maka diambil yang paling dekat dengan apa yang ditunjukkan oleh bahasa, yaitu apa yang diriwayatkan oleh imam Bukhari dari Aisyah beliau mengatakan:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ فِي كُلِّ رَمَضَانٍ وَإِذَا صَلَّى الْغَدَاةَ دَخَلَ مَكَانَهُ الَّذِي اعْتَكَفَ فِيهِ
“ Rasulullah melakukan I’tikaf di setiap ramadhan dan apabila ia telah shalat subuh masuk ke tempat I’tikafnya yang beliau I’tikaf di dalamnya”
Perkataan: “ dan apabila ia telah shalat subuh masuk ke tempat I’tikafnya yang beliau I’tikaf di dalamnya” menunjukkan bahwasanya tinggalnya telah mendahului masuknya. Yakni,tinggalnya di masjid mendahului masuknya ke tempat I’tikafnya, karena perkataan I’takafa adalah kata kerja bentuk lampau dan asalnya adalah dipergunakannya sesuai dengan hakekatnya”.
Adapun waktu keluarnya dari masjid tempat I’tikafnya adalah hari terakhir dari bulan ramadhan setelah tenggelamnya matahari atau malam hari raya iedul fithri.
Disebutkan dalam fatawa lajnah daimah:
“وتنتهي مدة اعتكاف عشر رمضان بغروب شمس آخر يوم منه” اهـ .
“ Dan selesai waktu I’tikaf 10 hari [akhir ramadhan] dengan tenggelamnya matahari di akhir harinya” [10/411].
Namun apabila seseorang memilih untuk tinggal di masjid tempat I’tikafnya hingga terbitnya fajar hari ied lalu berangkat menuju lapangan shalat dari masjid tempat I’tikafnya maka tidaklah mengapa dan sebagian ulama’ salaf mencintai hal itu.
Imam Malik berkata:
رَأَى بَعْضَ أَهْلِ الْعِلْمِ إِذَا اعْتَكَفُوا الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ لا يَرْجِعُونَ إِلَى أَهَالِيهِمْ حَتَّى يَشْهَدُوا الْفِطْرَ مَعَ النَّاسِ . قَالَ مَالِك : وَبَلَغَنِي ذَلِكَ عَنْ أَهْلِ الْفَضْلِ الَّذِينَ مَضَوْا وَهَذَا أَحَبُّ مَا سَمِعْتُ إِلَيَّ فِي ذَلِكَ
“ sebagian ahli ilmu berpendapat apabila orang-orang yang I’tikaf di 10 akhir ramadhan tidak kembali ke keluarga mereka sehingga mengahdiri shalat iedul fithri bersama manusia.Imam Malik mengatakan: Dan telah sampai kepadaku hal itu dari sebagian orang yang memiliki keutamaan yang telah berlalu dan ini adalah sesuatu yang paling saya cintai dari apa yang saya mendengarnya dalam masalah tersebut”.
Imam an Nawawiy berkata:
“قَالَ الشَّافِعِيُّ وَالأَصْحَابُ : وَمَنْ أَرَادَ الاقْتِدَاءَ بِالنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فِي الاعْتِكَافِ فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ فَيَنْبَغِي أَنْ يَدْخُلَ الْمَسْجِدَ قَبْلَ غُرُوبِ الشَّمْسِ لَيْلَةَ الْحَادِي وَالْعِشْرِينَ مِنْهُ , لِكَيْ لَا يَفُوتَهُ شَيْءٌ مِنْهُ , ويَخْرُجُ بَعْدَ غُرُوبِ الشَّمْسِ لَيْلَةَ الْعِيدِ , سَوَاءٌ تَمَّ الشَّهْرُ أَوْ نَقَصَ , وَالأَفْضَلُ أَنْ يَمْكُثَ لَيْلَةَ الْعِيدِ فِي الْمَسْجِدِ حَتَّى يُصَلِّيَ فِيهِ صَلَاةَ الْعِيدِ , أَوْ يَخْرُجَ مِنْهُ إلَى الْمُصَلَّى لِصَلاةِ الْعِيدِ إنْ صَلُّوهَا فِي الْمُصَلَّى” اهـ .
“ Berkata imam Asy Syafi’iy dan sahabat-sahabatnya: Barangsiapa ingin mencontoh Nabi dalam I’tikafnya pada 10 akhir Ramadhan maka seyogyanya masuk masjid sebelum tenggelamnya matahari malam 21 darinya agar tidak luput sesuatupun darinya dan keluar darinya setelah tenggelamnya matahari malam ied baik bulannya sempurna [30 hari] ataupun kurang [29 hari].Dan yang utama ia tinggal di masjid pada malam ied sehingga shalat ied di dalamnya atau keluar menuju lapangan untuk melakukan shalat ied jika melaksanakan shalat di lapangan”. [Majmu’ syarh muhadzab:6/323]
Jika keluar dari masjid tempat I’tikaf pada pagi hari ied, disunnahkan untuk mandi dan berhias sebelum menuju ke lapangan shalat ied karena hal ini merupakan sunah di antara sunah shalat ied.
Wallahu a’lam bis shawab
Disadur dari kitab fikih I’tikaf karya syaikh Khalid al Musyaikih
Oleh Hamba Allah:
Abu Qushaiy al Anwar
Bersyukur, Jangan Kufur Kawanku…!