SIFAT ORANG-ORANG YANG BERUNTUNG

Allah ta’ala menjelaskan sifat-sifat mereka dalam surat al Baqarah : 3 – 5.
Berikut ini penafsiran singkat ayat-ayat tersebut:
Ayat 3:
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ
- (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.
﴿ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ ﴾ Orang-orang yang mereka beriman
يُؤْمِنُونَ berasal dari kata الإيمان /al iman. Asal maknanya adalah membenarkan sebagaimana dalam firman Allah ta’ala:
وَمَا أَنتَ بِمُؤْمِنٍ لِّنَا وَلَوْ كُنَّا صَادِقِينَ
.Dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar.” [Q.S.Yusuf:17]
Iman secara syari’at mencakup keyakinan dalam hati,menetapkan dengan lesan dan mengamalkan dengan anggota badan [Tafsir Abu Mudhafar as Sam’ani:1/42,cet:Dar al Wathan].
﴿ بِالْغَيْبِ ﴾ terhadap perkara yang ghaib,
Apa yang dimaksudkan perkara yang ghaib ?
Jawab:
Semua yang tidak terlihat oleh pandangan mata kita yang kita diperintahkan untuk mengimaninya.
Ibnu Abbas berkata: “Perkara ghaib adalah semua yang kita diperintahkan mengimaninya dari hal-hal yang tidak terlihat oleh pandangan matamu semisal malaikat,surga, neraka, shirat,timbangan amalan, dan lain-lainnya” [Lihat tafsir Abu Mudhafar as Sam’ani:1/42,cet:Dar al Wathan].
Syaikh as Sa’diy dalam tafsirnya mengatakan:” Masuk ke dalam iman terhadap perkara yang ghaib, mengimani semua yang dikabarkan oleh Allah dari perkara ghaib yang telah berlalu dan masa mendatang,semua perkara akherat,hakekat sifat Allah dan kaifiyah sifatNya dan beriman terhadap apa yang dikabarkan oleh Rasulullah dari hal itu”[Taisir Karimirrahman: 1/36,Dar Ibnu Jauziy]
Hakekat orang yang beriman terhadap perkara ghaib adalah: Mereka yang disifati dengan membenarkan perkara ghaib dengan ucapan, keyakinan dan perbuatan.
﴿ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ ﴾ dan mereka menegakkan shalat,
الصَّلاة secara bahasa maknanya adalah do’a.Secara syar’iy maknanya beribadah kepada Allah dengan melakukan amalan yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam.Shalat dinamakan dengan shalat, karena seseorang memohon keberhasilan mendapatkan pahala Allah dengan amalan dan do’anya.
Shalat memiliki syarat,rukun,kewajiban dan kesunahan-kesunahan sebagaimana yang dibahas dalam kitab-kitab fikih.
Hakekat menegakkan shalat adalah dengan menjaga rukun- rukunnya, kewajiban-kewajibannya, kesunnahan-kesunnahannya sesuai yang disyari’atkan Allah dan Rasul-Nya.
﴿ وَمِمَّا ﴾ dari kata من dan ما = dari sebagian yang ﴿ رَزَقْنَا هُمْ ﴾ kami memberikan rezqi pada mereka
Rezqi adalah segala sesuatu yang makhluq Allah mengambil manfaat darinya.Perkataan من menunjukkan bahwa tidak semua rezqi wajib diinfakkan namun hanya sebagian rezqi saja sehingga tidak memberatkan orang yang diperintahkan menginfakkan rezqi yang diberikan oleh Allah kepadanya.
Perkataan ﴿ رَزَقْنَا هُمْ ﴾ kami memberikan rezqi pada mereka
Mengisyaratkan bahwa rezqi yang didapatkan oleh seseorang bukanlah dari sebab usaha mereka semata namun karena anugerah dari Allah yang diberikan kepada hamba-Nya.
﴿ يُنفِقُونَ ﴾ mereka menginfaqkannya,
Asal makna infaq adalah mengeluarkan semisal ucapan seseorang:
نفق البيع/ Nafaqa al bai’u = dagangan keluar dari tangan penjual ke tangan pembeli .
Makna يُنفِقُون= mengeluarkannya sebagai zakat harta, infaq untuk diri sendiri, anak, istri,orang tua dan bershadaqah kepada fakir miskin serta orang yang berhak mendapatkan bantuan materi.
Ayat 4:
. والَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
- dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
﴿ والَّذِينَ يُؤْمِنُونَ ﴾ dan orang-orang yang beriman
﴿ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ ﴾ dengan apa diturunkan kepada engkau .Yakni al Qur’an
﴿ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ ﴾ dan apa-apa yang diturunkan sebelum engkau.Yakni Taurat,Inzil,Zabur dan lain-lainnya.
وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ ﴾ ﴿ dan mereka yakin terhadap hari akhirat
Hari akhir dinamakan akhirat karena ia merupakan akhir fase kehidupan.Fase kehidupan manusia ada 4 :
1.Alam rahim ibu
2.Alam dunia
3.Alam barzah [antara alam dunia dan alam akherat]
4.Alam akherat
.﴿ يُوقِنُونَ ﴾ mereka yaqin
Yaqin asal maknanya وضح و ثبت= jelas dan kokoh. Adapun secara istilah, yakin = ilmu yang berdasarkan pengambilan dalil dan proses berpikir yang dapat menghilangkan keraguan dan kegoncangan jiwa.
Kenapa disebutkan iman kepada hari akhir, padahal telah masuk ke dalam kalimat yang umum “والَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ / dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu “ ?
Jawab:
Karena iman terhadap hari akhir merupakan salah satu rukun iman dan sebesar-besar pembangkit rasa takut , berharap kepada Allah dan beramal shalih.
أُوْلَـئِكَ عَلَى هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
- Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.
﴿ أُوْلَـئِكَ ﴾ mereka ,
Yakni orang-orang yang memiliki lima sifat yang telah disebutkan
﴿ عَلَى هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ ﴾ diatas petunjuk dari tuhan mereka
على = memiki makna استعلاء/ isti’laau = tinggi di atas sesuatu.Kata ini untuk menyatakan kokoh dan menetap di atas sesuatu.
هُدًى = petunjuk. Lafadz ini bentuknya nakirah [kata benda belum tertentu] untuk memberikan makna pengagungan.Yakni petunjuk yang agung.
Orang-orang yang memiliki lima sifat tersebut di atas benar-benar berada di atas hidayah yang agung karena mencakup akidah shahihah dan amalan yang lurus tiada kebengkokan di dalamnya.Dan mereka benar-benar kokoh lagi menetap di atasnya seperti seorang yang berkendara sedang berada di atas kendaraan.
﴿ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴾ dan mereka adalah orang-orang yang beruntung,
وَأُوْلَـئِكَ ; Mubtada. الْمُفْلِحُونَ; khabar. Keduanya ma’rifat [kata yang menunjukkan benda sudah tertentu].Susunan kalimat seperti ini memiliki makna hash/pembatasan.Yakni hanya mereka saja yang menjadi orang yang muflihun dan tidak ada jalan mendapatkan falaah kecuali dengan menempuh jalan mereka.Selain jalan mereka adalah jalan kesengsaraan,kehancuran dan kerugian.
الْمُفْلِحُونَ berasal dari kata الفلاح/al falaah= الشق و القطع / asy syaqqu wal qath’u = membelah dan memutus, semisal ucapan seseorang : الفلاح /al fallaah: petani yang membajak tanah dengan bajak.Petani dalam bahasa arab dinamakan fallah karena ia membelah dan memotong tanah untuk ditanami.Dari makna ini sebgiaan ulama’ mengatakan bahwa makna al muflih adalah orang yang membelah jalan di antara shaf –shaf orang yang berdiri di mauqif [tempat berdiri dan dikumpulkannya manusia setelah di bangkitkan pada hari qiyamat] dan masuk ke dalam surga Allah. Dan kadang dimutlakkan untuk menyatakan makna الفوز/al fauzu= beruntung / selamat dari sesuatu yang ditakuti dan mendapatkan apa yang diinginkan.
Ibnu Jarir ath Thabari mengatakan, makna الْمُفْلِحُونَ = orang-orang yang mendapatkan apa yang mereka cari di sisi Tuhan mereka yang berupa pahala dan kekekalan di surga dan keselamatan dari siska Allah yang diperuntukkan musuh-musuh-nya, dengan amal shalih dan keimanan mereka kepada Allah,kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya sebagaimana di katakan oleh Ibnu Abbas:
أَيِ الَّذِينَ أَدْرَكُوا مَا طَلَبُوا وَنَجَوْا مِنْ شَرِّ مَا مِنْهُ هَرَبُوا
“Yakni, orang-orang yang mendapatkan apa yang mereka cari dan selamat dari apa yang mereka lari darinya”[Tafsir ath Thabari:1/125,cet:Muassasah Ihyaut Turots al Arabi]
Wallahu a’lam bish shawab
Ditulis oleh hamba Allah:
Abu Qushaiy al Anwar
Bersyukur, Jangan Kufur Kawanku…!