Makna dan Hukum I’tikaf

1.Makna I’tikaf secara bahasa
Makna i’tikaf secara bahasa adalah:
الْإِقَامَة يُقَال اعْتكف فلَان بمَكَان كَذَا إِذا أَقَامَ بِهِ وَلم يخرج عَنهُ
I’tikaf = menetap.Dikatakan اعْتكف فلَان بمَكَان كَذَا = apabila menetap di dalamnya dan tidak keluar darinya [Gharibul hadits:1/217, Ibnu Qutaibah]
والاعْتِكافُ: الاحْتِباسُ، منه الاعْتِكافُ في المسجدِ
I’tikaf = menahan.Termasuk dalam makna ini I’tikaf di masjid [Mu’jamu ad Diwan:2/412]
………. ع ك ف ) : عَكَفَ عَلَى الشَّيْءِ عُكُوفًا وَعَكْفًا مِنْ بَابَيْ قَعَدَ وَضَرَبَ لَازَمَهُ وَوَاظَبَهُ
وَعَكَفْتُ الشَّيْءَ أَعْكُفُهُ وَأَعْكِفُهُ حَبَسْتُهُ وَمِنْهُ الِاعْتِكَافُ وَهُوَ افْتِعَالٌ لِأَنَّهُ حَبْسُ النَّفْسِ عَنْ التَّصَرُّفَاتِ الْعَادِيَّةِ وَعَكَفْتُهُ عَنْ حَاجَتِهِ مَنَعْتُهُ
عَكَفَ عَلَى الشَّيْءِ عُكُوفًا وَعَكْفًا = termasuk dalam bab قَعَدَ وَضَرَبَ = menetap dan terus menerus berada di atasnya…..
وَعَكَفْتُ الشَّيْءَ أَعْكُفُهُ وَأَعْكِفُهُ = aku menahannya.Termasuk ke dalam makna ini adalah I’tikaf. I’tikaf mengikuti wazan ifti’al [افْتِعَالٌ] karena seorang yang I’tikaf menahan dirinya dari melakukan tindakan sebagaimana adat kebiasaannya.
وَعَكَفْتُهُ = Aku menahannya عَنْ حَاجَتِهِ = dari hajatnya [Al Misbah al Munir fi al faadzi asy syarh al Kabir:6/ 303)
2.Makna secara istilah :
لزوم مسجد لعبادة الله تعالى من شخص مخصوص على صفة مخصوصة
“Menetap di masjid untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah dari seorang yang khusus dengan sifat yang khusus” [Fikih I’tikaf:8, karya syaikh Khalid al Musyaikih]
Dinamakan pula dengan jiwaran .
Berdasarkan perkataan Aisyah ketika menggambarkan I’tikafnya Rasulullah:
وهو مجاورٌ في المسجد
“ Sedangkan Beliau mujawir di masjid”
Mujawir maknanya adalah I’tikaf.
Dan sabda Nabi shallahu ‘alaihi wa salam:
: « كنت أجاور هذه العشر – يعني الأوسط – ثمّ قد بدا لي أن أجاور هذه العشر الأواخر ، فمن كان اعتكف معي فليثبت في معتكفه
“ Saya melakukan mujawarah pada 10 hari ini –yakni 10 pertengahan ramadhan- kemudian tampak baginya untuk bermujawarah pada 10 hari terakhir ini.Barangsiapa melakukan I’tikaf bersamaku hendaknya tinggal di tempat I’tikafnya” .
Para pensyarah hadits tersebut di atas mengatakan bahwa makna mujawir atau ujawiru adalah I’tikaf.
3.Hukum I’tikaf
Berkata Ibnu Mundzir:
أجمعوا على أن الاعتكاف سنة لا يجب على الناس فرضاً إلا أن يوجبه المرء على نفسه نذراً فيجب عليه.
“Para ulama’ telah sepakat bahwasanya I’tikaf hukumnya adalah sunnah tidaklah wajib kecuali apabila seseorang mewajibkannya atas dirinya dengan bernadzar”
Kesepakatan ulama’ ini telah dinukil pula oleh Ibnu Hazm [Maratibul Ijma’:41] ,An Nawawiy [al Majmu’:6/407],Ibnu Qudamah [al Mughniy:4/456],Syaikhul Islam [syarh umdah:2/711],Al Qurthubiy [Ahkaamul Qur’an:2/333],Ibnu Hubairah [al Ifshah:1/255],Az Zarkasyi [Syarh Zarkasyi:3/4] dan Ibnu Rusydi dalam bidayatul mujtahid:1/312]
Wallahu a’lam bish shawab
Disadur dari kitab Fikih I’tikaf karya Syaikh Khalid al Musyaikih
Oleh hamba Allah:
Abu Qushaiy al Anwar
Bersyukur, Jangan Kufur Kawanku…!