Perumpamaan Kaum Munafiqin

Allah ta’ala memberikan perumpamaan yang sangat bagus tentang keadaan dan sikap kaum munafiqin dalam surat al Baqarah ayat 17 – 20.
Berikut ini penafsiran singkat ayat – ayat tersebut :
Ayat ke-17:
مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَاراً فَلَمَّا أَضَاءتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لاَّ يُبْصِرُونَ
“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api , maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat”.
] Perumpamaan mereka مَثَلُهُمْ[
Perkataan مثل/ Matsal [perumpamaan]= menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain karena adanya kemiripan.
Yakni perumpaan yang tepat lagi sempurna untuk mengungkapkan sifat dan keadaan kaum munafikin, bahwasanya mereka….
] seperti orang yang menyalakan api كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَاراً
Mereka bagaikan orang yang berada di malam gelap gulita lalu menyalakan api atau meminta orang lain menyalakan api untuknya.
Perkataan اسْتَوْقَدَ sebagian ahli tafsir memaknai dengan menyalakan api dan sebagian yang lain memaknai dengan meminta orang lain menyalakan api untuknya.
] maka setelah api itu menerangi sekelilingnya فَلَمَّا أَضَاءتْ مَا حَوْلَهُ
Tatkala api menyala dan menimbulkan cahaya mereka mendapatkan penerangan dan dapat melihat sekelilingnya.Ia dapat mengetahui manakah tempat yang berbahaya dan manakah tempat yang aman sehingga senang hatinya dengannya dan ia menyangka bahwa dirinya akan dapat menguasai api tersebut dengan baik dan terus menerus.
Ketika ia dalam kondisi seperti ini….
] Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka ذَهَبَ اللّهُ بِنُورِهِمْ
Secara tiba-tiba, Allah memadamkan cahaya api yang mereka nyalakan walaupun apinya masih tetap menyala
] dan membiarkan mereka dalam kegelapan وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ
Allah membiarkan mereka berada dalam kegelapan demi kegelapan, yaitu:
1.Kegelapan malam
2.Kegelapan awan
3.Kegelapan hujan
4.Kegelapan yang didapatkan setelah adanya cahaya.
Tidak dapat melihat ] لاَّ يُبْصِرُونَ
Permisalan mereka bagaikan seseorang berada di padang sahara di malam hari yang gelap gulita lalu menyalakan api sehingga mendapatkan hangatnya dan dapat melihat sekitarnya dan juga dapat menjaga diri dari sesuatu yang ditakutkan dan dapat membahayakan jiwanya .Ketika dalam kondisi seperti ini tiba-tiba pancaran cahaya dari api tadi padam lalu kembalilah ia dalam kegelapan, ketakutan dan kebingungan.Seperti inilah sifat dan keadaan kaum munafikin, ketika mereka menampakkan keimanan dengan lesan-lesan mereka maka harta dan anak keturunan mereka terjaga, mereka menikah dengan kaum mukminin, saling mewarisi dan juga mendapatkan harta rampasan perang.Inilah yang dimaksud dengan cahaya dalam ayat ini. Lalu jika mereka meninggal dunia mereka akan kembali dalam kegelapan dan merasakan ketakutan.[Tafsir Baghawi:1/22,cet: Dar Thayibah]
Ayat ke-18:
صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لاَ يَرْجِعُونَ
“Mereka tuli, bisu dan buta , maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar)”
صُمٌّ ]Mereka tuli
Perkataan صُمٌّbentuk flural dari kata أصم/Asham = orang yang tidak dapat mendengar.
Artinya, mereka telah kehilangan pendengaran maknawi walaupun pendengaran hakiki mereka ada pada diri mereka, yakni mereka tidak dapat mendengar kebenaran.
بُكْمٌ ] mereka bisu
Perkataan بُكْمٌ bentuk flural dari kata أبكم/Abkam = orang yang tidak dapat berbicara.
Artinya, mereka telah kehilangan kemampuan berbicara yang bersifat maknawi walaupun lesan hakiki mereka ada pada diri mereka, yakni mereka tidak dapat berbicara kebenaran.
عُمْيٌ ]mereka buta
Perkataan عُمْيٌ bentuk flural dari kata أعمى/A’maa = orang yang tidak dapat melihat.
Artinya, mereka telah kehilangan penglihatan maknawi walaupun pendengaran hakiki mereka ada pada diri mereka, yakni mereka tidak dapat mendengarkan kebenaran.
Dengan hilangnya pendengaran,lesan dan penglihatan mereka maka telah hilang dari mereka sarana untuk mendapatkan petunjuk dan kebenaran, sehingga…
فَهُمْ لاَ يَرْجِعُونَ ]Maka tidaklah mereka kembali
Fa’ dalam kalimat ini adalah huruf penyambung yang memiliki makna sebab.Yakni, oleh sebab itu maka tidaklah mereka kembali.
Imam Ibnu Jarir ath Thabari mengatakan: Ini adalah khabar dari Allah tentang kaum munafikin yang disifati oleh Allah dengan membeli kesesatan dengan petunjuk, tuli dari mendengar kebaikan dan kebenaran, bisu dari mengucapkan keduanya,buta dari melihat keduanya, bahwasanya mereka tidaklah akan mencabut diri dari kesesatan mereka,tidak bertaubat dari kemunafikan sehingga Allah membuat kaum mukminin berputus asa dari harapan bahwasanya mereka akan dapat melihat petunjuk,mengatakan kebenaran, mendengar juru dakwah yang menyeru kepada petunjuk atau mengambil peringatan sehingga bertaubat dari kesesatan mereka “ [Tafsir ath Thabari:1/168, cet: Dar Ihayaut Turots al Arabi]
Ayat ke-19:
أَوْ كَصَيِّبٍ مِّنَ السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ يَجْعَلُونَ أَصْابِعَهُمْ فِي آذَانِهِم مِّنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ واللّهُ مُحِيطٌ بِالْكافِرِينَ
“atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir,sebab takut akan mati . Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir” .
أَوْ كَصَيِّبٍ مِّنَ السَّمَاءِ] . atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit
أَو = Atau. Memiliki makna tanwi’/ ragam dari jenis …
كَ = seperti.Memiliki makna menyerupakan/seperti…
Perkataan صَيِّبٍ/ hujan. Secara makna asalnya bermakna semua yang turun dari arah atas ke bawah. = صاب – يصوبturun.
Sebagian ahli ilmu mengatakan bahwa ini adalah permisalan dari Al Qur’an.
فِيهِ ظُلُمَاتٌ ] di dalamnya terdapat kegelapan-kegelapan
Perkataan ظُلُمَاتٌ bentuk flural dari kata ظلمة/dhulmatun = gelap.Kegelapan-kegelapan yang dimaksud:
1.Kegelapan malam
2.Kegelapan mendung
3.Kegelapan hujan
Sebagian ahli ilmu mengatakan bahwa ini adalah permisalan dari kegelapan hati kaum munafikin.Pada asalnya hati mereka dipenuhi dengan kegelapan yang mencekam.
وَرَعْدٌ] dan guruh,
Yakni, suara menggelegar di udara disebabkan oleh halilintar
Sebagian ahli ilmu mengatakan bahwa ini adalah permisalan dari ayat –ayat Al Qur’an yang berisikan ancaman kepada orang-orang kafir dan bermaksiat kepada Allah.Ayat-ayat ini bagi mereka bagaikan guruh yang dahsyat.
وَبَرْقٌ]dan kilat
Yakni, cahaya yang berkelebat dengan cepat di langit
Sebagian ahli ilmu mengatakan bahwa ini adalah permisalan dari ayat –ayat Al Qur’an yang berisikan janji kepada orang-orang beriman dan beramal shalih. Kekuatan cahaya dan petunjuknya bagaikan kilat yang menerangi bumi.
يَجْعَلُونَ أَصْابِعَهُمْ فِي آذَانِهِم مِّنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ] mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir,sebab takut akan mati .
Petir adalah kilatan listrik di udara disertai bunyi gemuruh.
Perkataan الصَّوَاعِقِ /petir , menurut ahli ilmu adalah permisalan dari ayat –ayat Al Qur’an yang menyingkap keadaan mereka yang sebenarnya,menjelaskan apa yang tersembunyi dalam dada-dada mereka dan kejelekan tabi’at mereka dan juga ancaman kepada orang-orang kafir dan bermaksiat kepada Allah.
Orang-orang munafik sangat ketakutan ketika berhadapan dengannya sehingga menyumbat telinga mereka dengan jari-jemari mereka sehingga tidak dapat mendengarnya karena takut jika mendengarnya akan copot jantung mereka lalu meninggal dunia karenanya.
Ini adalah permisalan tentang takutnya orang munafikin apabila mereka mendengarkan ayat –ayat Al Qur’an yang menyingkap keadaan mereka yang sebenarnya,menjelaskan apa yang tersembunyi dalam dada-dada mereka dan kejelekan tabi’at mereka dan juga ancaman kepada orang-orang kafir dan bermaksiat kepada Allah, karena apabila mereka mendengarnya maka akan dapat membuat hati mereka condong kepadanya lalu beriman.Keimanan menurut persepsi mereka adalah kekufuran dan kekufuran adalah kematian…Semoga Allah melindungi kita dan keturunan kita dari kemunafikan…
واللّهُ مُحِيطٌ بِالْكافِرِينَ] Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir .
Usaha mereka menghindar dari petir tersebut tidaklah berguna.Jika Allah menghendaki, niscaya Allah akan menimpakan petir tersebut kepada mereka karena Allah meliputi orang-orang kafir. Ilmu dan kekuasaan Allah meliputi mereka .Mereka tidaklah luput dari ilmu dan kekuasaan Allah serta tidaklah mereka mampu melemahkan Allah bahkan Dia akan menjaga semua amalan yang mereka lakukan dan membalasnya secara sempurna.
Ayat ke-20:
يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ كُلَّمَا أَضَاء لَهُم مَّشَوْاْ فِيهِ وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُواْ وَلَوْ شَاء اللّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ إِنَّ اللَّه عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“ Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu”.
يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ] Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka
Hampir-hampir cahaya kilat menyambar penglihatan-penglihatan mereka karena saking kuatnya.Demikianlah cahaya iman orang munafik, hampir-hampir menutupi kekafiran yang tersembunyi dalam dada mereka sehingga manusia tidak mengetahui kekufuran mereka.
Dan dikatakan bahwa maknanya adalah “ hampir-hampir cahaya keimanan tampak dengan jelas sehingga hampir-hampir mereka kokoh dalam keimanan “ [Tafsir Bahrul ‘Ulum:1/32, maktabah syamilah]
كُلَّمَا أَضَاء لَهُم مَّشَوْاْ فِيهِ] Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُواْ] dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti
Sahabat Ibnu Abbas berkata:” Setiap kali orang-orang munafik mendengar al Qur’an dan tampak jelas keterangan-keterangan bagi mereka maka mereka senang dan berjalan bersamanya dan apabila al Qur’an turun dengan sesuatu yang membebani dengan beban yang berat, maka mereka berdiri dan tetap kokoh dalam kemunafikannya”.
Sahabat Ibnu Mas’ud berkata: “Setiap kali mereka mendapatkan kebagusan dalam tanaman,binatang ternak dan senantiasa mendapatkan kenikmatan mereka mengatakan bahwa agama Muhammad adalah agama yang berbarakah namun apabila tertimpa musibah atau kesulitan hidup, mereka murka dan tetap kokoh dalam kemunafikannya “ [Lihat tafsir Muharrar al Wajiz,Ibnu ‘Athiyah:1/104,maktabah syamilah]
Allah ta’ala menerangkan keadaan mereka dalam ayat yang lain:
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ
Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi ; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang . Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.[ Q.S.Al Hajj:11]
وَلَوْ شَاء اللّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ ] Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka
Tatkala mereka meninggalkan kebenaran setelah mengetahuinya dan hilang dari mereka fungsi maknawi dari penglihatan dan pendengaran mereka sehingga nasehat dan petunjuk tidak berfaedah bagi mereka, maka jika Allah menghendaki akan melenyapkan indera pendengaran dan penglihatan mereka.
إِنَّ اللَّه عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ] Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.
Kekuasaan Allah mencakup segala sesuatu.Allah mampu untuk menciptakan yang tidak ada menjadi ada dan mampu meniadakan yang telah ada menjadi tidak ada dan Dia maha kuasa untuk merubah keadaan yang baik menjadi jelak dan juga sebaliknya.
Wallahu a’lam bish shawab
Ditulis oleh hamba Allah:
Abu Qushaiy al Anwar
Bersyukur, Jangan Kufur Kawanku…!