TAFSIR SINGKAT SURAT AL FATIHAH

[BAGIAN PERTAMA]
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
A.Terjemah global:
“ Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”
B.Penasiran Perkata:
بسم
Huruf jar – ب- bermakna isti’anah [meminta pertolongan]
اسم
Berasal dari kata:
السمو
Maknanya: tinggi dan nampak, yakni ia nampak lagi tinggi di atas maknanya sehingga maknanya berada di bawahnya [Pendapat ulama’ Bashrah ]
Atau
السمة
Maknanya: tanda, yakni ia adalah tanda bagi maknanya [Pendapat ulama’ Kufah]
[Lihat tafsir Abu Mudhafar as Sam’aniy:1/32]
الله
Berasal dari kata :أله – إلاهة
Maknanya: Beribadah, yakni Dia adalah Dzat yang berhak diibadahi, semua peribadatan ditujukan kepada-Nya.Dia-lah yang diibadahi bukan selain-Nya.
Dinamai orang yang beribadah dengan “ Mutaalihun” dan mashdarnya adalah “ taalluhun” sebagaimana dikatakan oleh Ru’bah bin al ‘Ajjaj dalam syairnya:
للهِ دَرُّ الغانِيات المُدَّهِ سَبَّحْنَ واسْتَرْجَعْنَ مِن تَأَلُّهِي
Betapa eloknya wanita-wanita jelita
Tampak elok walaupun tanpa berdandan
Mereka bertasbih dan istirja’
Menyesali konsentrasi peribadatanku
[Lihat tafsir Abu Mudhafar as Sam’aniy:1/33, Tafsir at Thabari:1/123,Tafsir ats Tsa’labiy:1/96]
Atau:
الوله
Maknanya:Kecintaan yang teramat sangat. Yakni para hamba sangat mencintai Allah ,berlindung kepada-Nya,tunduk patuh ,bersandar kepada-Nya di dalam kesulitan – kesulitan
[Lihat tafsir Abu Mudhafar as Sam’aniy:1/33, Tafsir al Wasith:1/64]
Faedah:
Tidaklah boleh dinamai dengan Allah kecuali rabbul ‘alamin subhanahu wa ta’ala.
الرحمن
Ibnu al Jauziy berkata:Jumhur ulama’ berpendapat bahwasanya ia merupakan pecahan dari kata rahmat [Zaadul Masir:1/9,Ibnu al Jauziy]
Mengikuti timbangan “ Fa’lanu” bermakna mubalaghah [ sangat].
Ibnu al Jauziy berkata: Mereka mengatakan sangat penuh = ملآن dan sangat lapar =
شبعان [Zaadul Masir:1/9,Ibnu al Jauziy]
الرحيم
Mengikuti timbangan “ Fa’il” bermakna mubalaghah [sangat], yakni Dzat Yang rahmat-Nya sampai kepada hamban-Nya yang beriman.
Berkata al Wahidiy dalam tafsirnya:
قال الليث: هما اسمان اشتقاقهما من الرحمة
Al Laist berkata: Keduanya adalah isim yang merupakan pecahan kalimat rahmat.
وقال أبو عبيدة: هما صفتان لله معناهما: ذو الرحمة
Berkata Abu ‘Ubaidah: Keduanya adalah sifat yang maknanya adalah yang memiliki rahmat
Lalu beliau mengatakan:
والرحمن عند قوم أشد مبالغة من الرحيم، كالعلام من العليم، ولهذا قيل: «رحمن الدنيا ورحيم الآخرة
Ar Rahman menurut suatu kaum adalah lebih menunjukkan kepada makna sangat dibandingkan dengan ar Rahim, seperti al ‘Allam dan al ‘Alim.Karena itulah dikatakan:
Rahman di dunia dan Rahim di akherat
لأن رحمته فِي الدنيا عمت المؤمن والكافر، والبر والفاجر، ورحمته فِي الآخرة اختصت بالمؤمنين
Karena rahmatnya di dunia mencakup orang mukmin,kafir,orang yang bagus dan jelek dan rahmatNya di akherat khusus bagi kaum mukminin [Al Wasith:1/64, karya al Wahidiy]
Dari pemaparan makna singkat ini dapat kita ketahui bahwasanya kandungan makna ” الرحمن” lebih luas daripada” ” الرحيم
Ibnu Katsir mengatakan: Perkataan Ibnu Jarir menunjukkan adanya kesepakatan ahli ilmu atas makna ini [Lihat tafsir Ibnu Katsir:1/124 ]
Berdasarkan makna di atas maka para ulama’ mengatakan bahwa selain Allah tidak boleh dinamai dengan ” الرحمن ” namun boleh dinamai dengan ” الرحيم ” karena hanya Allah yang rahmat-Nya sampai kepada seluruh hamba-Nya sebagaimana firman-Nya:
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ
“ Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu” [Q.S.Al A’raf:156]
Ibnu Katsir mengatakan: Kesimpulannya, sesungguhnya di antara nama Allah ada yang selain Allah boleh dinamai dengannya dan tidak boleh dinamai dengannya seperti Allah,Ar Rahman,al Khaliq,Ar Raziq dan lain-lainnya [ Tafsir Ibnu Katsir:1/126 ]
Tak ada seorangpun yang mensifati dan menamai dirinya dengan Rahman kecuali akan dihinakan oleh Allah ta’ala.
Ibnu Katsir berkata: Tatkala Musailamah Sang Pendusta menamai dirinya dengan ‘’ rahmanul yamamah’’ maka Allah memberikan jilbab kedustaan kepadanya dan menjadikannya terkenal dengannya sehingga tidaklah disebut namanya kecuali dibarengi dengan kata Sang Pendusta
[ Tafsir Ibnu Katsir:1/126 ]
Wallahu a’lam bish shawab
Ditulis oleh hamba Allah:
Abu Qushaiy al Anwar
TAFSIR SINGKAT SURAT AL FATIHAH
[BAGIAN KEDUA]
الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِين
A.Terjemah global:
“ Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam”
B.Penafsiran Perkata:
الْحَمْدُ
Imam al Qurthubiy berkata:Makna ” الْحَمْدُ dalam lisan arab adalah pujian yang sempurna. Alif dan lam untuk menyatakan makna mencakup seluruh jenis pujian. Allah subhanahu berhak untuk dipuji dengan semua pujian karena baginya nama-nama yang berada dipuncak kebaikan dan sifat-sifat yang tertinggi” [Tafsir al Qurthubiy:1/177]
للهِ
Laam di dalam lafadz jalalah ini bermakna penyandaran milik atau pemurnian hak
رَبِّ
Makna asalnya adalah at tarbiyah yakni, memperkembang tumbuhkan sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna [Al Mufradat:190, Raghib al Ashfahaniy]
Dalam bahasa arab ia digunakan untuk menyatakan beberapa makna:
1.Penghulu yang ditaati
Labid bin Rabi’ah berkata:
وأَهْلكْنَ يومًا ربَّ كِنْدَة وابنَه *ورَبَّ مَعدٍّ، بين خَبْتٍ وعَرْعَرِ
Dan mereka di suatu hari
Menghancurkan penghulu negeri Kindah
Dan juga penghulu negeri Ma’ad
Antara daerah Khabt dan ‘Ar’ar
2.Pembenah sesuatu
Farazdaq bin Ghalib berkata:
كَانُوا كَسَالِئَةٍ حَمْقَاءَ إِذْ حَقَنَتْ * سِلَاءَهَا فِي أَدِيمٍ غَيْرِ مَرْبُوبِ
Permisalan mereka bagaikan
Wanita pengemis yang dungu
Ketika menahan hasil pintaannya
Dalam kulit yang tak terbenahi
3.Yang diibadahi
Seorang penyair mengatakan:
أرب يبول الثعلبان برأسه * لقد ذل من بالت عليه الثعالب
Apakah sesuatu yang diibadahi
Sesuatu yang musang kencing dikepalanya
Sungguh telah sangat terhina
Orang yang dikencingi oleh musang
4.Pemilik sesuatu
Berkata al Baghawiy:
فَالرَّبُّ يَكُونُ بِمَعْنَى الْمَالِكِ كَمَا يُقَالُ لِمَالِكِ الدَّارِ: رَبُّ الدَّارِ، وَيُقَالُ: رَبُّ الشَّيْءِ إِذَا مَلَكَهُ،
Rabb maknanya adalah pemilik,sebagaimana dikatakan bagi pemilik rumah dengan “ Rabbu ad Dar –Pemilik rumah-“ dan dikatakan Rabb sesuatu apabila memilikinya [Tafsir Ma’alimut Tanzil:1/73,al Baghawiy]
الْعَالَمِين
Jama’ [Kata yang menunjukkan hitungan lebih dari dua] dari kata العالم .
Ibnu al Jauziy berkata:
Ia adalah nama bagi semua makhluq dari awal hingga akhir.Dan mereka menamai penduduk zaman sekarang dengan alam.
Al Hathiah berkata:
أراح الله منك العالمينا ….تنحي فاجلسي مني بعيدا
Menjauhlah lalu duduklah
Yang jauh dari diriku
Semoga Allah mengistirahatkan
Penduduk zaman sekarang dari kejelekanmu
Adapun ahli ilmu pengetahuan,menurut mereka alam adalah nama untuk semua yang ada di alam raya baik planet,langit, bumi dan apa yang ada di antara semua itu.
Dan beliau mengatakan…..:
Para ahli tafsir berselisih tentang apa yang dimaksudkan dengan alamin di sini menjadi 5 pendapat:
1.Semua makhluq,langit dan bumi dan apa yang ada di dalam keduanya dan apa yang ada di antara keduanya.Inilah riwayat ad Dhahak dari Ibnu Abbas
2.Semua yang memiliki ruh yang melata di muka bumi. Inilah riwayat Abu Shalih dari Ibnu Abbas.
3.Jin dan manusia.Ini adalah pendapat Mujahid dan Muqatil dan telah diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas
4.Jin dan manusia serta malaikat.Ini adalah pendapat Ibnu Qutaibah dan telah diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas
5.Malaikat. Ini adalah pendapat yang telah diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas
[Zaadul Masir:1/12,Ibnu al Jauziy]
Imam al Qurthubi dalam tafsirnya menguatkan pendapat yang pertama karena ia mencakup semua makhluq yang berwujud.Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:
قَالَ فِرْعَوْنُ وَمَا رَبُّ الْعَالَمِينَ | ||
Fir’aun bertanya: “Siapa Tuhan semesta alam itu?”
|
Faedah:
- Imam al Qurthubiy mengatakan: “ Seluruh ulama’ kaum muslimin telah sepakat bahwasanya Allah ta’ala terpuji atas seluruh nikmat-nikmatnya dan termasuk di dalamnya nikmat iman.Hal ini menunjukkan bahwasanya iman adalah perbuatan dan ciptaanNya.Dalilnya adalah perkataan Allah :
رَبِّ الْعَالَمِين
Al ‘alamun adalah seluruh makhluq dan iman adalah bagian darinya.Ini berlainan dengan pendapat dari kaum qadariyah yang mengatakan bahwasanya iman adalah hasil cipta mereka “ [Tafsir al Qurthubiy:1/177]
- Bentuk kalimat “ hamdalah” ini adalah khabar, seolah-olah Allah mengabarkan bahwasanya yang berhak dipuji adalah Allah azza wa jalla namun di dalamnya terdapat pengajaran terhadap makhluq agar mereka memuji-Nya” [Ma’alimu Tanzil:1/4]
3.Tidaklah disebutkan lafadz rabb dengan ma’rifat [Ar Rabb] kecuali Allah.Adapun selain Allah disebutkan dengan disandarkan kepada sesuatu yang lainnya seperti Rabb demikian..karena alif lam untuk menyatakan umum sedangkan makhluq tidaklah menguasai secara keseluruhan [Ma’alimu Tanzil:1/4]
TAFSIR SINGKAT SURAT AL FATIHAH
[BAGIAN KETIGA]
الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
A.Terjemah global:
“Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”
B.Penafsiran Perkata:
الرحمن
Ibnu al Jauziy berkata:Jumhur ulama’ berpendapat bahwasanya ia merupakan pecahan dari kata rahmat [Zaadul Masir:1/9,Ibnu al Jauziy]
Mengikuti timbangan “ Fa’lanu” bermakna mubalaghah [ sangat].
Ibnu al Jauziy berkata: Mereka mengatakan sangat penuh = ملآن dan sangat lapar =
شبعان [Zaadul Masir:1/9,Ibnu al Jauziy]
الرحيم
Mengikuti timbangan “ Fa’il” bermakna mubalaghah [sangat], yakni Dzat Yang rahmat-Nya sampai kepada hamban-Nya yang beriman.
Berkata al Wahidiy dalam tafsirnya:
قال الليث: هما اسمان اشتقاقهما من الرحمة
Al Laist berkata: Keduanya adalah isim yang merupakan pecahan kalimat rahmat.
وقال أبو عبيدة: هما صفتان لله معناهما: ذو الرحمة
Berkata Abu ‘Ubaidah: Keduanya adalah sifat yang maknanya adalah yang memiliki rahmat
Lalu beliau mengatakan:
والرحمن عند قوم أشد مبالغة من الرحيم، كالعلام من العليم، ولهذا قيل: «رحمن الدنيا ورحيم الآخرة
Ar Rahman menurut suatu kaum adalah lebih menunjukkan kepada makna sangat dibandingkan dengan ar Rahim, seperti al ‘Allam dan al ‘Alim.Karena itulah dikatakan:
Rahman di dunia dan Rahim di akherat
لأن رحمته فِي الدنيا عمت المؤمن والكافر، والبر والفاجر، ورحمته فِي الآخرة اختصت بالمؤمنين
Karena rahmatnya di dunia mencakup orang mukmin,kafir,orang yang bagus dan jelek dan rahmatNya di akherat khusus bagi kaum mukminin [Al Wasith:1/64, karya al Wahidiy]
Dari pemaparan makna singkat ini dapat kita ketahui bahwasanya kandungan makna ” الرحمن” lebih luas daripada” ” الرحيم
Ibnu Katsir mengatakan: Perkataan Ibnu Jarir menunjukkan adanya kesepakatan ahli ilmu atas makna ini [Lihat tafsir Ibnu Katsir:1/124 ]
Berdasarkan makna di atas maka para ulama’ mengatakan bahwa selain Allah tidak boleh dinamai dengan ” الرحمن ” namun boleh dinamai dengan ” الرحيم ” karena hanya Allah yang rahmat-Nya sampai kepada seluruh hamba-Nya sebagaimana firman-Nya:
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ
“ Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu” [Q.S.Al A’raf:156]
Faedah:
Selain Allah tidaklah diperkenankan untuk dinamai dengan Ar Rahman.
Ibnu Katsir mengatakan: Kesimpulannya, sesungguhnya di antara nama Allah ada yang selain Allah boleh dinamai dengannya dan tidak boleh dinamai dengannya seperti Allah,Ar Rahman,al Khaliq,Ar Raziq dan lain-lainnya [ Tafsir Ibnu Katsir:1/126 ]
Tak ada seorangpun yang mensifati dan menamai dirinya dengan Rahman kecuali akan dihinakan oleh Allah ta’ala.
Ibnu Katsir berkata: Tatkala Musailamah Sang Pendusta menamai dirinya dengan ‘’ rahmanul yamamah’’ maka Allah memberikan jilbab kedustaan kepadanya dan menjadikannya terkenal dengannya sehingga tidaklah disebut namanya kecuali dibarengi dengan kata Sang Pendusta
[ Tafsir Ibnu Katsir:1/126 ]
TAFSIR SINGKAT SURAT AL FATIHAH
[BAGIAN KE EMPAT]
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
A.Terjemah global:
“ Penguasa hari pembalasan”
B.Penafsiran Perkata:
مَالِكِ
Dibaca dengan dua bacaan:
مَالِكِ maknanya = pemilik
ملِكِ maknanya = penguasa
يَوْمِ
Nama dari suatu zaman tertentu [hari]
الدِّينِ
Pembalasan
Berasal dari kata دان – يدين : membalas
Makna ini adalah sebagaimana yang terkandung dalam firman Allah ta’ala:
يَوْمَئِذٍ يُوَفِّيهِمُ اللَّهُ دِينَهُمُ الْحَقَّ وَيَعْلَمُونَ أَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ الْمُبِينُ
“ Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yang setimpal menurut yang semestinya dan mereka mengetahui bahwa Allah lah Yang Maha Benar, lagi Yang mejelaskan [segala sesuatu sesuai dengan hakekat yang sebenarnya]”[Q.S.An Nur:25]
أإِنَّا لَمَدِينُونَ
“ Apakah benar-benar kita akan diberi balasan?” .[Q.S.Ash Shafat:53]
Berkata Ka’ab bin Ju’ail:
إِذَا مَا رَمَوْنَا رَمَيْنَاهُمُ … وَدِنَّاهُمُ مِثْلَ مَا يُقْرِضُونَا
Apabila mereka melempar kami
Kamipun melempar mereka
Dan balasan kami pada mereka
Semisal pinjaman mereka pada kami
Faedah:
1.Apabila seseorang berkata bagaimana Allah ta’ala berfirman: مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِpadahal hari pembalasan belum ada wujudnya sekarang ? Bagaimana Allah mensifati diriNya dengan menguasai sesuatu yang belum ada ?
Jawab:
Imam al Qurthubiy mengatakan:
“ Malik adalah kata benda yang menunjukkan pelaku dari kata malaka-yamliku. Kata benda yang menunjukkan pelaku dalam ucapan orang Arab kadang disandarkan kepada apa yang setelahnya,yakni bermakna kata kerja yang terkait dengan masa yang akan datang dan ini adalah ucapan yang lurus,berakal dan shahih menurut mereka.
Ini adalah semisal ucapanmu:
هذا ضارب زيدا غدا
“Ini akan memukul zaid pada esok hari”
Demikian juga ucapanmu:
هذا حاج بيت الله في العام المقبل
“Orang ini akan berhaji ke baitullah pada tahun yang akan datang”
Bukankah suatu perbuatan disandarkan kepadanya sedangkan ia belum melakukan dan hanyasaja maksdunya adalah di masa akan datang ?
Demikian pula firmanNya مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ penafsirannya adalah Allah akan menguasai hari pembalasan atau di hari pembalasan apabila telah tiba “ [Tafsir al Jaami’ Li Ahkamil Qur’an:1/187, al Qurthubiy]
2.Bukankah Allah penguasa semua hari ? Namun kenapa di dalam ayat ini dikhususkan penyebutan penguasa hari pembalasan saja ?
Jawab:
Imam al Qurthubiy berkata:
Karena di dunia ini ada di antara mereka yang menentang kekuasaan Allah semisal fir’aun,namrud dan selain keduanya.Adapun di hari itu tidak ada seorangpun yang menentang kekuasaanNya .Semua tunduk kepada-Nya sebagaimana firman Allah:
لِّمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ |
(Lalu Allah berfirman): “Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?”
Mereka semua menjawab: لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ |
Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.[Q.S Ghafir:16]
A.Terjemahan global:
Berikanlah petunjuk kepada kami
B.Penafsiran Perkata:
اهدِنَا
Berasal dari kata : الهدايةpetunjuk
Maknanya adalah meminta tambahan petunjuk dan ketetapan di atasnya. Ini adalah sebagaimana perkataan seseorang yang sedang berdiri:
قم حتى أعود إليك
“ Berdirilah hingga aku kembali kepadamu”.
Maksudnya adalah tetaplah berdiri
الصِّرَاطَ
Jalan
Maknanya secara bahasa adalah Jalan yang jelas
المُستَقِيمَ
Yang lurus dari kata استقامة : Lurus, tidak ada kebengkokan di dalamnya
Maksudnya yang tidak menyeleweng dari kebenaran dan tidak menyimpang dari petunjuk
Berkata imam Ibnu Jarir Ath Thabari: Ahli tafsir telah sepakat bahwa makna jalan yang lurus adalah jalan yang jelas yang tidak ada kebengkokan di dalamnya [Jami bayan:1/73]
Berkata Ibnu Katsir:Ungkapan ulama’ salaf dan khalaf berbeda-beda dalam menafsirkan jalan yang lurus namun kesimpulannya berporos kepada satu hal yaitu mengikuti Allah dan Rasul [Tafsir Ibnu Katsir1/137 cet: Dar Ath Thayibah]
Tak ada jalan yang tersifati dengan sifat ini kecuali jalan islam.
Faedah:
Islam adalah jalan yang lurus, mengantarkan kepada tujuan,dekat,luas bagi yang berjalan di atasnya,memberikan pertolongan kepada jalan yang dimaksudkan.
Berkata Ibnu Qayim: Jalan yang lurus tidaklah dikatakan sebagai jalan yang lurus sehingga mengandung lima unsur, yaitu , mengantarkan kepada tujuan,dekat,luas bagi yang berjalan di atasnya,memberikan pertolongan kepada jalan yang dimaksudkan.Dan tidaklah samar lagi jalan yang lurus[ dalam ayat ini] mengandung kelima unsur ini
[ Tafsir al Qayim:1/14]
TAFSIR SINGKAT SURAT AL FATIHAH
[BAGIAN KE TUJUH]
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ
A.Terjemahan global:
(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni’mat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
- Penafsiran Perkata:
Bersyukur, Jangan Kufur Kawanku…!