Islam Harus dengan Ilmu

Alloh mensifati Rasul-Nya yang mulia dan para pengikutnya adalah mereka yang berilmu.
قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Katakanlah: “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”.[Yusuf : 108]
Dan sesungguhnya agama Islam ini seluruhnya adalah ilmu tentang al-haq (kebenaran) dan merealisasikan al-haq.
Dan dalam merealisasikan al-haq itu mau tidak mau membutuhkan kesabaran.
Bahkan menuntut ilmu sendiri membutuhkan kesabaran, sebagaimana dikatakan Mu’adz bin Jabal رضي الله عنه,
“Wajib bagi kalian untuk berbekal dengan ilmu, karena sesungguhnya thalabul ilmi karena Allah adalah ibadah, mengenalnya adalah rasa takut, mencarinya adalah jihad, mengajarkannya kepada orang-orang yang tidak mengetahuinya adalah shadaqah, mudzakarah (mengulang-ulang dalam mempelajarinya) adalah tasbih. Dengan ilmu, Allah dikenali dan disembah, dimuliakan, dan ditauhidkan. Dengan ilmu pula Allah meninggikan derajat beberapa golongan serta menjadikan mereka para pemimpin dan imam bagi manusia yang dijadikan pedoman dan rujukan.”
Oleh karena itu, Allah menganggap proses menuntut ilmu merupakan bagian dari jihad. Dan dalam berjihad mau tidak mau seseorang harus bersabar. Karena inilah Allah berfirman,
وَالْعَصْرِ. إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (al-‘Ashr: 1-3)
Dan firman-Nya,
وَاذْكُرْ عِبَادَنَا إبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ أُولِي الأيْدِي وَالأبْصَارِ
“Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Yakub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi.” (Shaad: 45)
Maka ilmu yang bermanfaat adalah dasar petunjuk, sedangkan merealisasikan al-haq adalah jalan yang lurus. Lawan dari petunjuk adalah kesesatan, sedangkan lawan dari jalan yang lurus adalah jalan yang menyimpang. Kesesatan adalah beramal tanpa ilmu, sedangkan penyimpangan adalah memperturutkan hawa nafsu.
Allah berfirman,
وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَى. مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَى
“Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru.” (an-Najm: 1-2)
Maka tidaklah bisa meraih petunjuk melainkan dengan ilmu, dan tidaklah bisa meraih jalan yang lurus melainkan dengan kesabaran.
Oleh karena itu Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه berkata,
“Ketahuilah, bahwasanya kesabaran bagian dari iman seperti kedudukan kepala bagi tubuh.”
Kemudian beliau meninggikan suaranya sembari berkata,
“ketahuilah tidak ada keimanan bagi siapa yang tidak memiliki kesabaran!”
[Rujukan : At-Tuhfah al-‘Iraqiyyah fii al-A’maal al-Qalbiyyah, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah]
?Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc
Bersyukur, Jangan Kufur Kawanku…!