SUDAHKAH ANDA IKHLAS DALAM BERIBADAH ?

Seseorang ketika melakukan suatu peribadatan dituntut untuk mengikhlaskan peribadatannya hanya untuk Allah semata.Allah ta’ala berfirman
وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali agar beribadah kepada Allah semata dalam keadaan mengikhlaskan amalan taatnya serta berlaku lurus (meninggalkan kesyirikan menuju ketauhidan.)..[Q.S.Al Bayinah:5]
Dan dalam ayat yang lain:
أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ
Ketahuilah bagi Allah agama yang murni (ikhlas karena Allah”. [Q.S. Az Zumar:3]
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam banyak menganjurkan agar kita beribadah dengan ikhlas karena Allah semata.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
أنا أغنى الشركاء عن الشرك، من عمل عملًا أشرك فيه معي غيري تركته وشركه
“Saya paling tidak membutuhkan persekutuan.Barangsiapa mengamalkan suatu amlan mempersekutukan saya dengan yang lainnya maka saya akan tiggalkan ia dan persekutuannya”H.R.Muslim
Dan jika seseorang tidak mengikhlaskan peribadatannya karena Allah maka keadaannya tidak terlepas dari beberapa keadaan berikut ini:
1.Melakukan ibadah dengan niat awal adalah untuk makhluq
Dalam kondisi seperti ini maka amalannya batal dan ia termasuk orang yang berbuat kesyirikan.
2.Asal peribadatannya dibangun di atas ikhlash karena Allah namun ditengah-tengah peribadatan muncul perubahan niat. Kondisi ini hukumnya terbagi menjadi dua:
1.Membatalkan niat asalnya.
Yakni asalnya karena Allah lalu dipalingkan secara total untuk makhluq, maka hal ini membatalkan ibadat seseorang
2.Membagusi peribadatannya karena makhluq.
Dalam kondisi seperti ini maka amalan tambahan tersebut batal namun asal dari amalan tidaklah batal.
3.Muncul sifat suka dipuji dan disanjung setelah selesai melakukan amalan ibadah tertentu.
Ini tidaklah termasuk kesyirikan yang mencacat asal peribadatan
[Diringkas dari Syarh Arba’in an Nawawiyah oleh syaikh Shalih alu Syaikh, hadits pertama]
Wallahu a’lam bish shawab
Ditulis oleh hamba Allah:
Abu Qushaiy al Anwar
Bersyukur, Jangan Kufur Kawanku…!