Hukum Berjima’ dan Mubasyarah Bagi Mu’takif

Apabila seorang mu’takif melakukan jima’ dengan istrinya atau budaknya maka batal I’tikafnya menurut kesepakatan ulama’.
Ibnu Mundzir berkata: “Para ulama’ telah sepakat bahwasanya seorang mu’takif apabila berjima’ dengan istrinya secara sengaja maka batal I’tikafnya”
Ibnu Hazm berkata: “Para ulama’ telah sepakat bahwasanya jima’ membatalkan I’tikaf”’
Ibnu Hubairah berkata: ‘’Para ulama’ telah sepakat bahwasanya jima’ apabila dilakukan dengan sengaja maka membatalkan I’tikaf baik sunnah maupun wajib’’.
Adapun mubasyarah , dalam masalah ini ada tiga hal yang harus diperhatikan dengan seksama:
A.Apabila dengan tanpa syahwat maka tidaklah membatalkan I’tikaf menurut kesepakatan para ulama’.Hanyasaja Ibnu Hazm mengatakan
Dalilnya adalah hadits Aisyah:
“أنها كانت ترجل النبي – صلى الله عليه وسلم – وهي حائض وهو معتكف في المساجد، وهي في حجرتها يناولها رأسه”
“ Bahwasanya beliau menyisir rambut Rasulullah sedangkan beliau dalam keadaan haid dan Rasulullah I’tikaf di masjid “
Namun menurut pendapat Ibnu Hazm, mubasyarah di sini diharamkan secara mutlak kecuali dalam masalah menyisir rambut saja maka diperbolehkan.
B.Apabila disertai dengan syahwat maka diharamkan menurut kesepakatan para imam ahli fikih berdasarkan hadits aisyah:
“كان لا يدخل البيت إلا لحاجة الإنسان”
“ Rasulullah tidaklah masuk ke rumah kecuali karena hajat manusia”
Dan juga karena perbuatan ini berlawanan dengan tujuan disyari’atkannya ibadah I’tikaf.
C. Apabila keluar mani karena mubasyarah
Apabila seorang mu’takif melakukan mubasyarah dengan istrinya atau budaknya lalu mengeluarkan mani maka batal I’tikafnya menurut kesepakatan para imam ahli fikih
Wallahu a’lam bis shawab
Disadur dari kitab fikih I’tikaf karya syaikh Khalid al Musyaikih
Oleh Hamba Allah:
Abu Qushaiy al Anwar
Bersyukur, Jangan Kufur Kawanku…!