Sifat dan Keadaan Kaum Munafiqin.

Bagian Kedua [ayat 11 -14 dari surat al Baqarah]
Ayat ke-11:
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لاَ تُفْسِدُواْ فِي الأَرْضِ قَالُواْ إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ
”Dan bila dikatakan kepada mereka:”Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi “. Mereka menjawab: Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.”
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ﴾ ﴿ Dan bila dikatakan kepada mereka, yakni orang-orang munafik
لاَ تُفْسِدُواْ فِي الأَرْضِ﴾ ﴿ Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi
Perkataanتُفْسِدُواْ berasal dari kata الفساد / al Fasad .Makna asal kata fasad = lawan dari shalah/kebajikan. Hakekatnya adalah menyimpang dari istiqamah menuju kepada yang lain.
Membuat kerusakan ada dua:
1.Kerusakan maknawi, yakni dengan bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menghalangi manusia dari beriman kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam dan al Qur’an.
2.Kerusakan hissiy, yakni menghancurkan apa yang ada di muka bumi dengan menggunakan alat buatan manusia.
قَالُواْ إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ﴾ ﴿. Mereka menjawab: hansaja kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.
Perkataan إِنَّمَا memberikan faedah hashr =pembatasan.Yakni mereka mengatakan bahwasanya hanya mereka saja orang-orang yang mengadakan perbaikan.Mafhumnya, mereka beranggapan bahwa kaum muslimin bukanlah orang yang mengadakan perbaikan.
Dari sini nampak jelas bahwasanya orang-orang munafikin mereka mengumpulkan antara berdusta,mendustakan dan memutar balik hakekat.Mereka berbuat kerusakan secara hakiki namun menganggap diri mereka berbuat perbaikan dan kaum muslimin dianggap berbuat kerusakan.
Oleh karena itu dalam ayat berikutnya Allah menjelaskan hekekat yang sebenarnya dengan berfirman…
Ayat ke-12:
أَلا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَـكِن لاَّ يَشْعُرُونَ
” Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar ”.
أَلا ] Ingatlah.
Kalimat yang bermakna tanbih [peringatan]
إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ] sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan
Susunan kalimat ini menunjukkan kepada makna hashr/ pembatasan karena isim inna dan khabarnya berbentuk ma’rifat [kata benda yang telah tertentu] dan juga adanya kata ganti [dhamir] hum [dhamir fashl/pembatas antara isim inna dan khabarnya].Yakni hanya mereka yang berbuat kerusakan bukan selain mereka.
وَلَـكِن لاَّ يَشْعُرُونَ ] tetapi mereka tidak sadar.
Perkataan يَشْعُرُونَ berasal dari kata الشعر/ asy syi’ru= ilmu, semisal perkataan seseorang
ما شعر فلان بهذا الأمر = Fulan tidak mengetahui urusan ini atau perkataan seseorang ليت شعري =Seandainya aku mengetahui.
Sebagian ahli ilmu mengatakan bahwa يَشْعُرُونَ berasal dari kata الشعار/ pakaian yang bersentuhan dengan kulit [pakaian dalam]. الشعور / asy syu’ur = ilmu yang berkaitan dengan sesuatu yang dapat diindera.
Berdasarkan hal ini maka makna ayat ini adalah, kerusakan adalah sesuatu yang dapat diindera namun karena kepandiran mereka, mereka tidak dapat dapat mengetahui bahwa mereka orang yang berbuat kerusakan sehingga seolah-olah mereka orang yang telah kehilangan indera mereka [tidak sadar]
Ayat ke-13:
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُواْ كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُواْ أَنُؤْمِنُ كَمَا آمَنَ السُّفَهَاء أَلا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاء وَلَـكِن لاَّ يَعْلَمُونَ
”Apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman.” Mereka menjawab: “Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?” Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu.”
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ] Apabila dikatakan kepada mereka,
Yakni apabila dikatakan kepada orang-orang munafikin.
Siapa yang mengatakan kepada mereka ?
Jawab: semua orang yang mengatakan kepada mereka.
Kenapa demikian ? Karena pengucapnya di sini di mubhamkan [tidak disebutkan secara jelas] sehingga memberi faedah umum, mencakup semua orang.
آمِنُواْ كَمَا آمَنَ النَّاسُ] Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman
Yang dimaksudkan manusia di sini para sahabat dari kalangan Muhajirin dan Anshar.
Dan sebagian ahli ilmu mengatakan bahwa manusia di sini maksudnya orang-orang yang beriman dari kalangan ahli kitab.
قَالُواْ أَنُؤْمِنُ كَمَا آمَنَ السُّفَهَاء] Mereka menjawab: “Apakah kami akan beriman sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?”
Perkataan السُّفَهَاء maknanya adalah orang-orang bodoh.Sebagian ulama’ mengatakan bahwa السُّفَهَاء maknanya orang-orang yang ringan akalnya dan tipis kecerdasannya.
ثوب سفيه / tsaubun safiihun = pakaian yang tipis lagi usang.
Ibnu Jarir ath Thabari mengatakan: Safih = orang yang lemah akalnya, sedikit pengetahuannya tentang maslahat dan madharat “ [Tafsir Ibnu Jarir:1/147,cet: Dar Ihyaut Turots al Arabi]
Dalam perkataan mereka ini terkandung beberapa hal:
1.Mereka adalah orang-orang yang cerdik cendekiawan
- Kecerdikan mereka yang membuat mereka menolak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta al Qur’an.
3.Penghinaan kepada para sahabat
Yakni para sahabat adalah orang-orang yang pandir lagi dungu.
4.Kepandiran para sahabat yang membawa mereka beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta al Qur’an.
5.Tidaklah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta al Qur’an melainkan orang-orang yang pandir lagi dungu.
Lalu Allah bantah perkataan mereka ini dengan firman-Nya….
أَلا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاء] Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh
Bantahan Allah kepada mereka dalam kalimat ini, dikuatkan dengan tiga penguat:
- أَلا = Ingatlah. Kalimat untuk menyatakan peringatan
- إِنَّ = Sesungguhnya .Kalimat yang berfungsi untuk penguat/penegasan
- هُمُ السُّفَهَاء= Mereka adalah orang-orang yang bodoh. Susunan kalimat ini memberi faedah hashr/pembatasan, sehingga maknanya tidak ada yang bodoh melainkan mereka.
Perkataan ini memberikan faedah bantahan tegas terhadap ucapan kaum munafikin
Lalu Allah tegaskan kembali bantahan kepada mereka dengan firman-Nya…
وَلَـكِن لاَّ يَعْلَمُونَ ] tetapi mereka tidak tahu.
Perkataan ini memiliki dua makna:
1.Mereka tidak mengetahui hakekat diri mereka,bahwasanya mereka adalah orang-orang yang pandir lagi dungu sehingga mengaku-aku bahwa mereka adalah orang yang cerdik dan para sahabat orang yang pandir lagi dungu.Ini adalah jahil murakkab [kedunguan yang berlipat ganda]
2.Mereka tidak mengetahui sesuatu yang bermanfaat bagi mereka sehingga berbuat hal yang memadharatkan diri mereka.Karena keimanan adalah pangkal pokok kemaslahatan dan kekufuran adalah pangkal pokok semua kemadharatan.
Ayat ke-14:
وَإِذَا لَقُواْ الَّذِينَ آمَنُواْ قَالُواْ آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْاْ إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُواْ إِنَّا مَعَكْمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ
”Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman”. Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka , mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok.”
وَإِذَا لَقُواْ الَّذِينَ آمَنُواْ قَالُواْ آمَنَّا] Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman”
Orang-orang munafikun apabila bertemu dengan orang-orang mukmin mengatakan dengan lesan-lesan mereka [dengan tanpa disertai keyakinan dalam hati ] kami beriman dan membenarkan Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam dan apa yang dibawanya dari sisi Allah.
Apa tujuan mereka mengucapkan ucapan ini ? Tujuannya melindungi darah,harta dan anak turun mereka dan juga agar mendapatkan kebaikan-kebaikan duniawiah sebagaimana yang didapatkan oleh kaum muslimin,semisal harta rampasan perang dan lain-lainnya.
وَإِذَا خَلَوْاْ إِلَى شَيَاطِينِهِمْ] Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka
Perkataan شَيَاطِينِهِمْ / syaitan-syaitan mereka, bentuk flural dari kata شيطان/syaithan. Berasal dari kata: = شطن jauh.Lalu mengikuti wazan فيعال = شيطان , yakni yang jauh dari kebaikan atau terbenam jauh dalam kejelekan
Imam Ibnu Jarir ath Thabari berkata:
والشيطان، في كلام العرب: كل متمرِّد من الجن والإنس والدوابِّ وكل شيء.
“ Syaithan dalam ucapan orang Arab adalah semua yang durhaka dari kalangan jin,manusia, binatang dan segala sesuatu “ [Tafsir ath Thabariy:1/111]
Beliau juga menuturkan:
وإنما سُمي المتمرِّد من كل شيء شيطانًا، لمفارقة أخلاقه وأفعاله أخلاقَ سائر جنسه وأفعاله، وبُعدِه من الخير. وقد قيل: إنه أخذ من قول القائل:
“ Hanyasaja dinamai semua hal yang durhaka sebagai syaithan adalah karena ia meninggalkan akhlaq dan tindakan yang sejenis dengannya dan jauhnya dari kebaikan.Diambil dari ucapan seseorang:
شَطَنَتْ دَاري من دارك – يريد بذلك: بَعُدت.
“ Rumahku jauh dari rumahmu “.Maksudnya adalah jauh [Tafsir ath Thabariy:1/111]
Al Hafidz Ibnu Katsir berkata:
والشيطان فِي لُغَةِ الْعَرَبِ مُشْتَقٌّ مِنْ شَطَن إِذَا بَعُدَ، فَهُوَ بَعِيدٌ بِطَبْعِهِ عَنْ طِبَاعِ الْبَشَرِ، وَبَعِيدٌ بِفِسْقِهِ عَنْ كُلِّ خَيْرٍ، وَقِيلَ: مُشْتَقٌّ مِنْ شَاطَ لِأَنَّهُ مَخْلُوقٌ مِنْ نَارٍ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ: كِلَاهُمَا صَحِيحٌ فِي الْمَعْنَى، وَلَكِنَّ الْأَوَّلَ أَصَحُّ
“ Syaithan dalam bahasa arab merupakan pecahan kata ‘’Syathana”= apabila jauh.Tabi’atnya jauh dari tabi’at manusia.Jauh dari segala macam kebaikan dengan sebab kefasikannya.Dan dikatakan bahwa ia berasal dari kata ‘’syaatha’’ karena terciptakan dari api.Dan ada yang mengatakan bahwa keduanya shahih dalam maknanya namun yang pertama adalah lebih shahih dan ucapan orang arab menunjukkan kepadanya. [Tafsir al Qur’anil al ‘Adhim:1/115, cet: Dar Thayibah]
Para ulama’ ahli tafsir menerangkan bahwa syaithan di dalam ayat ini maksudnya adalah penghulu,pembesar dan pimpinan-pimpinan mereka dari kalangan pendeta Yahudi, pembesar-pembesar kaum musyrikin dan munafikin.
قَالُواْ إِنَّا مَعَكْمْ] mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu,
Orang-orang munafik ketika kembali kepada syaithan-syaithan mereka, mengungkap jati diri mereka bahwasanya mereka berada di atas agama semisal agama syaithan-syaithan mereka.
Lalu mereka menyampaikan udzur mereka kenapa mengucapkan “ kami beriman “ ketika bertemu dengan orang beriman ….
إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ] kami hanyalah berolok-olok
Kami sama sekali tidak berada di atas agama kaum mukminin namun yang kami ucapkan dan kami lakukan hanyalah untuk memperolok -olok Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam dan para sahabatnya.
Wallahu a’lam bish shawab
Ditulis oleh hamba Allah:
Abu Qushaiy al Anwar
Bersyukur, Jangan Kufur Kawanku…!