SIAPAKAH AHLU SUNNAH WAL JAMA’AH

Mereka adalah para sahabat Nabi dan yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat. Dan mereka adalah orang-orang yang berpegang teguh dengan akidah yang shahihah -akidah yang Rasulullah dan para sahabat sepakat di atasnya, serta akidah yang kosong dari noda-noda bid’ah dan khurafat-.
Mereka dinamakan “ Ahlusunnah” karena mengamalkan sunnah Nabi yang merupakan penjelas bagi Al-Qur’an, sebagai realisasi dari sabda Nabi:
((عليكم بسنتي و سنة الخلفاء الراشدين المهديين من بعدي , عضوا عليها بالنواجذ ))
“ Wajib atas kalian berpegang teguh pada sunnahku dan sunnah Al-Khulafa Ar-Rosyidin yang terbimbing, gigitlah ia dengan gigi geraham kalian”
Mereka mengetahui bahwasanya petunjuk Nabi adalah sebaik-baik petunjuk sehingga mereka lebih mengutamakan dan mengedepankannya di atas petunjuk-petunjuk yang lain.
Dan mereka dinamakan “Al-jama’ah” karena mereka berkumpul satu suara (Al-ijtima’) dalam mengikuti sunnah Nabi n dan mengikuti hal yang telah disepakati oleh orang-orang shalih dari pendahulu umat ini. Mereka bersatu di atas kebenaran dan akidah islam yang bersih dari noda-noda.
Nabi juga menamai orang-orang yang mengikuti sunnahnya dan meniti jalan para sahabatnya dengan “Al-Firqatu An-Najiyah”[1]
Penamaan “Al-Jama’ah” didasari oleh hadits Mu’awiyah bin Abu Sufyanh berkata: Nabi bersabda:
(( إن أهل الكتابين افترقو في دينهم على ثنتين و سبعين ملة , و إن هذه الأمة ستفترق على ثلاث و سبعين ملة – يعني الأهواء – كلها في النار إلا واحدة , و هي الجماعة , و إنه سيخرج في أمتي أقوام تجارى بهم تلك الأهواء كما
يتجارى الكلب[2] بصاحبه ))
Sesungguhnya dua ahli kitab berpecah dalam agama mereka menjadi 72 agama. ‘Dan ummat ini akan berpecah menjadi 73 – hawa nafsu-, seluruhnya akan masuk neraka, (hanya) satu yang masuk surga, mereka itu Al-Jamaa’ah, Al-Jamaa’ah. Dan dari kalangan umatku akan ada golongan yang mengikuti hawa nafsunya, seperti penyakit anjing gila merayap pada tubuh pesakitnya , sampai hawa nafsunya itu tidak menyisakan anggota tubuh, daging, urat nadi (pembuluh darah) maupun tulang kecuali semua mengikuti hawa nafsunya.” [HR. Sunan Abu Dawud]
Dengan Penamaan ini -Ahlussunnah wal jama’ah – terbedakan antara pemilik akidah yang shahih – pengikut Rasulullah – dan antara kelompok-kelompok lain yang berjalan di atas jalan selain jalan Nabi . Diantara kelompok-kelompok ini adalah kelompok yang mengambil akidahnya dari akal-akal manusia dan ilmu kalam yang mereka warisi dari para ahli filsafat Yunani, sehingga mereka lebih mengedepankan hal tersebut daripada perkataan Allah dan sunnah rasul-Nya n. Mereka menolak nash-nash syar’iyyah yang shahih atau mereka memalingkan maknanya dengan alasan bahwasanya sebagian akal manusia tidak menerimanya.
Diantara kelompok menyimpang ini mereka mengambil akidah dari pendapat syaikh-syaikh dan imam-imam mereka yang kebanyakan pendapat mereka dibangun di atas hawa nafsu, seperti Rofidhoh dan selainnya. Mereka lebih mengedepankan pendapat mereka di atas perkataan Allahl dan Rasul-Nya Muhammad yang beliau adalah sebaik-baik manusia.
Sebagian dari kelompok-kelompok yang menyimpang ini mereka menisbatkan diri kepada pengusung dan pencetus akidah mereka, seperti jahmiyyah yang menisbatkan diri kepada Jahm bin Shafwan, dan Asya’irah yang menisbatkan diri kepada Abul Hasan Al-Asy’ariy, walaupun beliau sebenarnya sudah ruju’ dari akidah ini ke akidah Ahlusunnah wal jama’ah. Akan tetapi orang-orang yang taklid kepada beliau terus berjalan di atas akidah yang menyelisihi Nabi . Serta Al-Abadhiyyah yang menisbatkan diri kepada Abdullah bin Abadh dan selain mereka.
Dan sebagian yang lain menisbatkan nama kelompok mereka kepada akidah mereka yang menyimpang dari petunjuk nabi n atau sebagian perbuatan mereka yang buruk, seperti Rofidhoh yang menisbatkan diri kepada penolakan mereka atas kekhilafahan Abu Bakr dan Umar dan berlepas dirinya mereka dari keduanya. Dan Qodariyyah penisbatan kepada peniadaan takdir yang mereka yakini. Dan Khowarij penisbatan kepada keluarnya mereka dari pemerintahan yang sah.
Allahl menjaga Ahlussunnah dari mengikuti dan menisbatkan diri kepada selain sunnah yang terjaga dari kesalahan dan ketergelinciran yaitu sunah Rasul Muhammad bin Abdillah yang dikokohkan dengan wahyu dari langit, Beliau tidak berbicara dari hawa nafsu, namun pembicaraan Beliau adalah wahyu yang diwahyukan kepadaNya. Tidak ada bagi mereka nama yang mereka menisbahkan diri kepadanya kecuali nama “As-Sunnah”.
Seorang laki-laki bertanya kepada Imam Malik bin Anas t, dan berkata : “Siapa Ahli Sunnah wahai Abu Abdillah?, Imam Malik menjawab: “ Mereka tidak memiliki gelar yang mereka dikenal dengannya, tidak Jahmiyyun, tidak pula Rofidhiyyun dan tidak juga Qodariyyun.”
Sebagian ulama menamai Ahlussunnah dengan “Ashhabul Hadits” atau “Ahlul Hadits”, hal ini karena mereka memperhatikan penukilan hadits-hadits yang diriwayatkan dari Nabi n, membedakan yang shahih dan yang dhaif, dan mereka mengikuti akidah dan hukum yang dibawa oleh Nabi .
“Al-hadits” dan “As-sunnah” adalah dua lafadz yang maknanya hampir sama.
Ahlussunnah mereka juga “Al-firqotu Al-Manshuroh”[3] sampai hari kiamat yang disebutkan oleh Nabi dalam sabdaNya,
(( لن تزال طائفة من أمتي منصورين , لا يضرهم من خذلهم حتى تقوم الساعة ))
“ Sekelompok dari ummatku senantiasa mendapat pertolongan, tidaklah orang yang menghina dapat memadharatkan mereka hingga tegaknya hari Qiyamat”
(HR. Al-Bukhori, Muslim dan selain keduanya)
Mereka juga “Al-firqotu An-Najiyah” yang telah disebutkan dalam hadits Mu’awiyyah yang telah berlalu dalam pembahasan makna akidah.
Wallahu a’lam bish shawab
Diterjemahkan dari kitab At – Tahdzib karya Prof.Dr. Abdullah al Jibrin hafidhahullah
Oleh: al Akh Huda al Kalimantaniy
Muraja’ah : Zaenuddin al Anwar
[1] Nabi mengatakan tentang sifat Firqotun Najiyah “ Siapa yang berada di atas apa yang aku dan sahabatku berada di atasnya” akan disebutkan takhrij haditsnya di pembahasan pengertian ‘as-salaf’, dan ini merupakan sifat Ahlussunnah wal Jama’ah sebagaimana yang telah berlalu.
[2] “Al-Kalab” dengan memfathah lam adalah penyakit yang menimpa anjing yang anjing tersebut akan seperti gila. Apabila anjing tersebut menggigit manusia maka orang tersebut akan tertimpa penyakit tersebut juga yang berdampak haus yang sangat dan tidak mau minum sampai mati.
[3] Yaitu Allah akan menolong dan menguatkan mereka atas orang yang menyelisihi dan memusuhi mereka, serta menjadikan kemenangan bagi mereka.
Bersyukur, Jangan Kufur Kawanku…!