Berwudhu Sesuai Urutan Dalam Al Qur’an
وَعَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ – رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُمَا – فِي صِفَةِ حَجِّ النَّبِيِّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – «ابْدَءُوا بِمَا بَدَأَ اللَّهُ بِهِ» أَخْرَجَهُ النَّسَائِيّ هَكَذَا بِلَفْظِ الْأَمْرِ، وَهُوَ عِنْدَ مُسْلِمٍ بِلَفْظِ الْخَبَرِ
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma -tentang sifat haji Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam- Nabi bersabda: “Mulailah dengan apa yang Allah memulai dengannya”.Telah mengeluarkannya an Nasa’iy dengan lafadz perintah dan dalam riwayat muslim dengan lafadz khabar.
————————————————————————————————————–
1.Takhrij Hadits:
Telah meriwayatkannya imam Muslim [1218], an Nasa’iy [2972], Abu Dawud [1905],at Tirmidziy [862],Ibnu Majah [3074],Malik dalamal Muwatha’ [126],al Baghawiy dalam syarh as sunnah [1919],ad Darimiy [2/44-49],ad Daruquthniy [2/254],Ibnu Khuzaimah [4/170],al Baihaqiy [5/93],[1/85] dan Ibnu Abdil Barr dalam at Tamhid [2/79]
Imam an Nawawiy dalam syarh shahih muslim mengatakan: Telah meriwayatkannya an Nasa’iy dengan sanad shahih [8/177]
2.Faedah dan Kandungan Hukum:
Wajib berwudhu secara berurutan sebagaimana yang disebutkan Allah ta’ala dalam surat al Maidah:6.
Imam ash Shan’aniy dalam subulus salam menjelaskan:
وَذَكَرَ الْمُصَنِّفُ هَذِهِ الْقِطْعَةَ مِنْ حَدِيثِ جَابِرٍ هُنَا؛ لِأَنَّهُ أَفَادَ أَنَّ مَا بَدَأَ اللَّهُ بِهِ ذِكْرًا نَبْتَدِئُ بِهِ فِعْلًا، فَإِنْ كَانَ كَلَامُهُ كَلَامَ حَكِيمٍ لَا يَبْدَأُ ذِكْرًا إلَّا بِمَا يَسْتَحِقُّ الْبُدَاءَةَ بِهِ فِعْلًا، فَإِنَّهُ مُقْتَضَى الْبَلَاغَةِ وَلِذَا قَالَ سِيبَوَيْهِ: إنَّهُمْ أَيْ الْعَرَبُ يُقَدِّمُونَ مَا هُمْ بِشَأْنِهِ أَهَمُّ وَهُمْ بِهِ أَعَنَى، فَإِنَّ اللَّفْظَ عَامٌّ، وَالْعَامُّ لَا يَقْتَصِرُ عَلَى سَبَبِهِ، أَعْنِي بِمَا بَدَأَ اللَّهُ بِهِ؛ لِأَنَّ كَلِمَةَ ” مَا ” مَوْصُولَةٌ، وَالْمَوْصُولَاتُ مِنْ أَلْفَاظِ الْعُمُومِ، وَآيَةُ الْوُضُوءِ وَهِيَ قَوْله تَعَالَى {فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ} [المائدة: 6] دَاخِلَةٌ تَحْتَ الْأَمْرِ بِقَوْلِهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: «ابْدَءُوا بِمَا بَدَأَ اللَّهُ بِهِ»
“Pengarang [kitab bulughul maram] menyebutkan potongan hadits Jabir ini karena memberikan faedah bahwasanya apa yang dimulai penyebutannya oleh Allah kita memulai dengannya secara perbuatan karena perkataan Allah adalah perkataan Dzat Yang Maha Menempatkan Sesuatu Pada Tempatnya, tidaklah memulai dengan menyebutkan sesuatu melainkan ia berhak dimulai dengannya secara perbuatan.Inilah ketentuan ilmu balaghah.Sibawaih mengatakan: sesungguhnya orang-orang Arab mendahulukan sesuatu yang lebih penting dan lebih berhak untuk diperhatikan secara serius.
Sesungguhnya lafadz tersebut umum dan lafadz umum tidak terbatas pada sebabnya saja, yakni mencakup semua yang Allah memulai sesuatu dengannya.
Lafadz ما adalah kata penyambung .Kata penyambung termasuk lafadz yang menunjukkan kepada makna umum dan ayat wudhu:
فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ
“ Maka basuhlah wajah-wajah kalian dan tangan-tangan kalian bersama dengan siku dan usaplah kepala-kepala kalian” [al Maidah:6]
termasuk ke dalam perintah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam:
ابْدَءُوا بِمَا بَدَأَ اللَّهُ بِهِ
“Mulailah dengan apa yang Allah memulai dengannya”
فَيَجِبُ الْبُدَاءَةُ بِغَسْلِ الْوَجْهِ، ثُمَّ مَا بَعْدَهُ عَلَى التَّرْتِيبِ
Maka wajib memulai wudhu dengan membasuh wajah lalu yang setelah sesuai dengan urutan dalam ayat tersebut. [Subulus Salam:1/ 215 – 216,ash Shan’aniy]
Adapun hadits Ibnu Abbas :
أَنَّهُ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – تَوَضَّأَ فَغَسَلَ وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ ثُمَّ رِجْلَيْهِ ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَهُ بِفَضْلِ وَضُوئِهِ
“ Sesunguhnya Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam berwudhu maka Beliau membasuh wajah lalu tangan lalu kaki kemudian mengusap kepala dengan menggunakan sisa air wudhunya”.
adalah hadits yang dhaif dan tidak dapat dijadikan hujjah.
Imam an Nawawiy mengatakan: Hadits tersebut dha’if lagi tidak dikenal [Majmu’ Syarh Muhadzab:6/446]
Imam ash Shan’aniy mengatakan: Tidak dikenal adanya jalan yang shahih bagi hadits tersebut [Subulus Salam:1/216]
Wallahu a’lam bish shawab….
Ditulis oleh hamba Allah:
Abu Qushaiy al Anwar
Bersyukur, Jangan Kufur Kawanku…!