Cara Mencuci Bejana Yang Dijilat Anjing
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم: «طَهُورُ إِنَاءِ أَحَدِكُمْ إِذَا وَلَغَ فِيهِ الْكَلْبُ أَنْ يَغْسِلَهُ سَبْعَ مَرَّاتٍ, أُولَاهُنَّ بِالتُّرَابِ». أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ.
Dari Abu Hurairah berkata,Rasulullah bersabda: Sucinya bejana salah seorang di antara kalian apabila apabila seekor anjing menjilatnya, dicucinya sebanyak tujuh kali, yang pertama adalah dengan menggunakan debu’’.
Dikeluarkan oleh imam Muslim
[ Dalam shahihnya: 279,91]
وَفِي لَفْظٍ لَهُ: «فَلْيُرِقْهُ».
Dan dalam lafadz milik beliau: “Maka hendaknya ia menuangkannya”
[Dalam shahihnya:279,89]
وَلِلتِّرْمِذِيِّ: «أُخْرَاهُنَّ, أَوْ أُولَاهُنَّ بِالتُّرَابِ».
Dan dalam riwayat at Tirmidziy: “ Yang terakhir atau pertama dengan menggunakan debu’’
[Dalam sunannya:91]
1.Takhrij Hadits:
Telah mengeluarkannya imam Muslim [279.89,91,], at Tirmidziy [91], Abu Dawud [71],Ahmad [2/265,427,508], Abu ‘Awanah [1/207], al Baihaqiy [1/240], Abdur Razaq [1/96], Ibnu Khuzaimah [1/50]
Adapun tambahan :
«فَلْيُرِقْهُ»
“Maka hendaknya ia menuangkannya”
Telah diriwayatkan oleh imam Muslim [279,89], an Nasa’iy [1/76], al Baihaqiy [1/239],ad Daruquthniy [1/64], Abu ‘Awanah [1/270] dari Jalan Ali bin Mushir dari al A’masy dari Abu Rizin dan Abu Shalih dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda:
“ Apabila seekor anjing menjilat bejana salah seorang di antara kalian maka hendaknya ia menuangkannya lalu mencucinya sebanyak tujuh kali ’’.
Berkata imam ad Daruquthniy setelah membawakan riwayat ini: Shahih, dan sanadnya hasan.Perawi-perawinya terpercaya [ad Daruquthniy:1/64].
2.Makna lafadz-lafadz Musykil:
A.[ولغ]:Minum dengan menggunakan lidah atau memasukkan lidah ke dalam bejana lalu menggerakkannya
B.[الكلب]:Anjing. Maksudnya adalah semua anjing. Al di sini memiliki makna umum.
3.Faedah dan Kandungan Hukum:
1.Wajibnya mencuci bejana yang dijilat anjing sebanyak tujuh kali dan tidaklah menyucikannya cucian kurang dari tujuh kali.
Menyuci bejana yang dijilat anjing sebanyak tujuh kali adalah syarat sahnya penyucian tersebut.
Berkata syaikh Shidiq Hasan Khan: Yang benar adalah keputusan Rasulullah yang menyatakan wajibnya mencuci tujuh kali dan dengan menggunakan debu” [Raudhatun Nadhiyah:1/112/dicetak bersama ta’liqat ar radhiyah]
2.Anjing hukumnya adalah najis
Hal ini karena Rasulullah memerintahkan mencuci bejana yang dijilat oleh anjing.Dan telah lebih menyingkap faedah ini, perkataan “ Sucinya bejana salah seorang di antara kalian “ dan juga perintah menyucikannya dengan debu sebanyak tujuh kali.
Inilah pendapat imam Abu Hanifah, asy Syafi’iy dan Ahmad .
Dan semua anjing hukumnya [baik piaraan atau liar] adalah sama, menurut pendapat jumhur ulama’.
Hukum ini dipahami dari lafadz [الكلب ] yang bermakna umum karena adanya [ال] yang berfungsi untuk menyatakan jenis.
Dalam kaedah ushul dikatakan :
و ال تفيد الكل في العموم في الجمع و الافراد…..
“ Al berfungsi seperti kalimat kul [semua] dalam kalimat berbentuk mufrad [menunjukkan hitungan tunggal] maupun jama’ [menunjukkan hitungan lebih dari dua]”.
Dengan demikian berlaku baginya kaedah ushul:
الأصل بقاء العموم على عمومه
“Asal kalimat yang bermakna umum adalah ditetapkan pada keumumannya”.
C.Wajibnya menggunakan debu pada salah satu dari tujuh cucian tersebut.
Berkata syaikh Shidiq Hasan Khan: Yang benar adalah keputusan Rasulullah yang menyatakan wajibnya mencuci tujuh kali dan [salah satunya] dengan menggunakan debu” {Raudhatun Nadhiyah:1/112/dicetak bersama ta’liqat ar radhiyah]
Kalau seseorang bertanya, apakah selain debu dapat menggantikan debu ?
Jawab:
Dalam masalah ini terdapat perselisihan pendapat dari kalangan ahli ilmu:
1.Selain debu dapat menggantikan debu
Berkata imam al Hajawiy : “ Klerak dan selainnya dapat mencukupi dari penggunaan debu “ [Zaadul Mustaqni’:495/dicetak dengan syarh mumti’ jilid:1]
2.Selain debu tidak dapat meggantikannya.
Argumen pendapat ini adalah:
A.Pembuat syari’at menetapkan penggunaan debu, maka yang wajib bagi kita adalah mengikuti ketetapan pembuat syari’at.
B.Klerak dan daun bidara telah dijumpai pada masa Rasulullah, namun Rasulullah tidak mengisyaratkan penggunaannya dalam menyucikan najisnya liur anjing.
C.Barangkali dalam liur anjing terdapat materi [virus ] yang tidak dapat dibersihkan kecuali dengan debu
D.Debu adalah salah satu bahan pencuci yang syar’iy dalam tayamum.
Di antara dua pendapat ini yang kuat adalah pendapat kedua, namun ketika tidak ada debu maka digunakannya alat pencuci lainnya lebih baik daripada tidak digunakannya [Lihat syarh Mumti’:1/495-496]
Wallahu a’lam bi ash shawab
Ditulis oleh hamba Allah:
Abu Qushaiy al Anwar
Bersyukur, Jangan Kufur Kawanku…!