Hukum Air Dipanaskan Dengan Bahan Bakar Najis

Para ulama’ ahli fikih berselisih pendapat tentang bersuci dengan menggunakan air panas yang didihkan dengan menggunakan bahan bakar najis seperti kotoran binatang yang tidak halal dimakan dan lain-lainnya, menjadi beberapa pendapat:
1.Pendapat ulama’ Hambaliyah
Menurut ulama’ hambaliyah air yang didihkan dengan bahan bakar najis ada tiga macam:
A.Najis
Apabila bagian dari najisnya benar-benar sampai ke air yang dimasak
B.Makruh, tetapi airnya suci
Tidak diketahui secara pasti sampainya bagian najis ke air yang dimasak dan tutupnya tidak rapat.
- Apabila tutup bejananya rapat lagi kokoh.
Sebagian berpendapat makruh [semisal Abu Ja’far dan Ibnu Aqil] dan sebagian berpendapat tidak makruh, karena tidak ada kebimbangan tentang kenajisannya berlainan dengan yang sebelumnya [semisal al Qadhiy]
Dan Abu al Khathab menyebutkan dua riwayat dimakruhkannya secara muthlaq air yang didihkan dengan bahan bakar najis. [al Mausu’ah al Fiqhiyah:39/364-365]
2.Malikiyah
Menurut imam Malik air yang didihkan dengan bahan bakar najis adalah suci namun dalam riwayat yang lain Beliau berpendapat makruh
3.Hanafiyah
Menurut imam Abu Hanifah air yang didihkan dengan bahan bakar najis adalah suci.
4.Syafi’iyah
Menurut imam Asy Syafi’iy dalam suatu riwayat dari beliau air yang didihkan dengan bahan bakar najis adalah suci dan ini adalah madzhab dhahiriyah.
Pendapat yang kuat , insya Allah:
1.Apabila bejananya tertutup rapat dan tidak ada celah sedikitpun sehingga asap tidak bisa masuk ke dalamnya maka bersuci dengannya tidak dimakruhkan [ lihat syarh Mumti’:1/39]
2.Apabila asap dari bahan bakar yang najis sampai ke air yang dididihkan, maka hukum masalah ini dibangun di atas masalah istihalah[1].Jika dikatakan istihalah dapat merubah sesuatu yang najis menjadi suci maka asap tersebut tidak berpengaruh pada kesucian air.Dan apabila istihalah tidak dapat merubah sesuatu yang najis menjadi suci maka asap tersebut berpengaruh pada kesucian air dan air yang didihkan dengannya adalah najis [ lihat syarh Mumti’:1/39]
Dalam masalah istihalah para ulama’ berselisih menjadi dua pendapat:
1.Tidak suci
Ini adalah pendapat imam Syafi’iy dan salah satu pendapat dalam madzhab imam Malik, pendapat yang masyhur dari sahabat-sahabat imam Ahmad dan salah satu riwayat dari Beliau. Dalam riwayat yang lain imam Ahmad berpendat suci.Ini adalah pendapat imam Abu Hanifah dan imam Malik dalam salah satu dari dua ucapan Beliau.
2.Suci
Inilah madzhab ahli dhahir dan selain dari mereka.[ Lihat Majmu’ fatawa syaikh islam Ibnu Taimiyah:21/70]
Berkata syaikhul islam: “Ini [pendapat ke dua] adalah pendapat yang benar karena benda ini tidak termasuk ke dalam nash-nash pengharaman baik secara lafadz maupun makna. Bukanlah haram dan tidaklah berada di dalam makna sesuatu yang haram namun termasuk ke dalam nash-nash yang menghalalkan”[ Majmu’ fatawa:21/70]
Dari sini maka bisa kita tarik sebuah kesimpulan hukum bahwa air yang dipanaskan dengan bahan bakar najis adalah suci dan boleh dipergunakan untuk bersuci menurut pendapat yang kuat, insya Allah.
Wallahu a’lam bi ash shawab
Diselesaikan tulisan singkat ini oleh hamba Allah
Abu Qushaiy al Anwar
[1] Istihalah adalah: perubahan sesuatu dari sebagian sifatnya [ Musu’ah fiqhiyah:3/60]
Bersyukur, Jangan Kufur Kawanku…!