Hukum Asal Air Mutlak

وَعَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم:
«إِنَّ الْمَاءَ طَهُورٌ لاَ يُنَجِّسُهُ شَيْءٌ»
. أَخْرَجَهُ الثَّلَاثَةُ وَصَحَّحَهُ أَحْمَدُ
Dari Abu Sa’id al Khudriyi berkata, Rasulullah bersabda: “ Sesungguhnya air adalah suci dan menyucikan tidaklah menajiskannya sesuatupun”.
Dikeluarkan oleh imam tiga dan dishahihkan oleh imam Ahmad.
–——————————————————————————
1.Takhrij Hadits:
Diriwayatkan oleh imam Abu Dawud [66],an Nasa’iy [1/174],at Tirmidziy [66] dan imam at Tirmidziy mengatakan hadits Hasan.
Berkata al Hafidz Ibnu Hajar : Hadits tersebut telah dishahihkan oleh imam Ahmad , Yahya bin Ma’in dan Ibnu Hazm [Talkhisul Habir:1/24]
Dan telah menshahihkannya an Nawawiy dalam al Majmu’ [1/82]
Dan telah menshahihkannya syaikh al Baniy dalam Irwaul Ghalil[14] dan Shahih Jami’ Shaghir:6640
Berkata syaikh Samir az Zuhairiy: Ia adalah hadits shahih walaupun telah dicacat dengan salah satu perawinya,tetapi ia memiliki jalan –jalan dan penguat-penguat yang lain yang dengannya hadits ini menjadi shahih [Tahqiq dan Takhrij Bulughul Maram:7/dicetak bersama Bulughul Maram]
Hadits ini juga telah diriwayatkan oleh imam Ahmad dalam Musnadnya:3/15,31,86, asy Syafi’iy dalam al Um [1/23],ath Thayalisiy [2199], Ibnu Jarud dalam al Muntaqa [47],ath Thahawiy dalam Syarh Ma’aniy ats Tsar [1/11],ad Daruquthniy [1/29], al Baghawiy dalam Syarhus Sunnah [2/61] dan Beliau mengatakan hadits hasan shahih, Ibnu Abi Syaibah [1/142,14/160]
2.Makna Lafadz-Lafadz Musykil:
1.[الماء]:Air.
Maksudnya adalah semua air muthlaq
2.[طهور]:Suci dan menyucikan
3.[شيء]:ٍٍٍٍٍٍٍٍSesuatupun.
Maknanya adalah umum namun dikhususkan oleh Ijma’ yang akan disebutkan dalam hadits Abu Umamah-insya Allah-.
3.Faedah Dan Kandungan Hukum:
A.Air sedikit ataupun banyak tidaklah najis dengan semata-mata jatuhnya najis ke dalamnya.
Berkata Ibnul Qayim:
فهذا نص صحيح صريح على أن الماء لا ينجس بملاقاة النجاسة مع كونه واقفا فإن بئر بضاعة كانت واقفة ولم يكن على عهده بالمدينة ماء جار أصلا
فلا يجوز تحريم ما أباحه وفعله قياسا على ما نهى عنه ويعارض أحدهما بالآخر بل يستعمل هذا وهذا هذا في موضعه وهذا في موضعه ولا تضرب سنة رسول الله بعضها ببعض
” Ini adalah nash yang jelas atas bahwasanya air tidaklah dihukumi sebagai air yang najis dengan sebab bertemunya dengan najis meskipun airnya tidak mengalir.Sebab sumur Budha’ah tidaklah mengalir dan tidaklah ada air yang mengalir sama sekali di Madinah pada masa Nabi.Maka tidaklah boleh mengharamkan apa yang beliau halalkan dan beliau lakukan,karena diqiyaskan kepada apa yang beliau larang.Dan tidaklah diperkenankan mempertentangkan antara yang satu dengan yang lainnya,namun dipergunakan semuanya sesuai tempatnya.Dan tidaklah diperbolehkan membenturkan sebagian sunnah dengan yang lainnya.
فوضوؤه من بئر بضاعة وحالها ما ذكروه له دليل على أن الماء لا يتنجس بوقوع النجاسة فيه ما لم يتغير
ونهيه عن الغسل في الماء الدائم بعد البول فيه لما ذكرنا من إفضائه إلى تلوثه بالبول كما ذكرنا عنه التعليل بنظيره فاستعملنا السنن على وجوهها
Berwudhunya Rasulullah dengan menggunakan air sumur Budha’ah sedangkan kondisinya seperti yang mereka sebutkan kepada Beliau, hal ini merupakan dalil atas bahwasanya air tidaklah menjadi najis dengan jatuhnya najis di dalamnya selagi tidak merubahnya.Adapun larangan mandi di dalam air tergenang setelah kencing di dalamnya adalah karena sebab yang telah kami sebutkan yaitu kotornya air setelah dikencingi.Maka sebagaimana kami menyebutkan sebab darinya dengan yang semisalnya , kami mempergunakan sunnah sesuai dengan jalur pemahamannya yang tepat.
وهذا أولى من حمل حديث بئر بضاعة على أنه كان أكثر من قلتين لأن النبي لم يعلل بذلك ولا أشار إليه ولا دل كلامه عليه بوجه
وإنما علل بطهورية الماء وهذه علة مطردة في كل ماء
قل أو كثر
Ini adalah lebih utama dibandingkan dengan dipahaminya hadits tentang sumur Budha’ah atas bahwasanya ia kurang dari 2 kullah karena Nabi tidak menyebutkan sebabnya dengan hal tersebut dan tidak pula berisyarat kepadanya dan ucapan Beliau sama sekali tidak menunjukkan kepadanya.Hanyasaja Beliau memberikan sebab berupa kesucian air dan ini berlaku secara baku di semua air, baik yang sedikit maupun banyak “[ Tahdzibus Sunan Abi Dawud wa idhahu Musykilaatihi:1/53-54, Ibnul Qayim al Jauziyah]
B.Sebagai dalil bahwasanya asal muasal air adalah suci
Berkata syaikh Shidiq Hasan Khan:
الماء طاهر ومطهر ولا خلاف في ذلك ، وقد نطق بذلك الكتاب والسنة ، وكما دل الدليل على كونه طاهراً مطهراً وقام على ذلك الإجماع ، كذلك يدل على ذلك الأصل ، والظاهر ، والبراءة
.
“ Air adalah suci dan menyucikan .Tidak ada perselisihan dalam masalah tersebut.Dan sungguh al Qur’an dan sunnah telah berbicara dengannya dan juga para ulama’ telah sepakat atasnya.Demikian pula asal, sifat dhahir dan bara’ah [tetapnya sesuatu pada kondisi awalnya] telah menunjukkan kepada hal ini”
[ Raudhatun Nadhiyah :1/87/dicetak bersama ta’liqur radhiyah]
Wallahu a’lam bi ash shawab
Ditulis oleh hamba Allah:
Abu Qushaiy al Anwar
Bersyukur, Jangan Kufur Kawanku…!