Mandi Menggunakan Bekas Air Wanita

عَنْ رَجُلٌ، صَحِبَ النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ تَغْتَسِلَ الْمَرْأَةُ بِفَضْلِ الرَّجُلِ أَوْ الرَّجُلُ بِفَضْلِ الْمَرْأَةِ،وليغترفا جميعاً
أخرجه أبو داود، والنسائي وإسناده صحيح
“Dari seorang laki-laki yang menjadi sahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam beliau berkata, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam melarang seorang wanita mandi menggunakan air sisa laki-laki dan seorang laki-laki mandi menggunakan air sisa wanita dan hendaknya menciduk bersama-sama”.
Dikeluarkan oleh imam Abu Dawud dan an Nasa’iy dan sanadnya shahih
——————————————————————————–
1.Takhrij Hadits:
Diriwayatkan oleh imam Abu Dawud [81], an Nasa’iy [1/30],Ahmad [4/111],al Baihaqiy [1/190],ath Thahawiy dalam Syarh Ma’aniy atsar [1/24] semuanya dari jalur Abu ‘Awanah dari Dawud bin Abdullah al Audiy dari Humaid bin Abdurrahman beliau berkata….
Telah menshahihkannya imam an Nawawiy dalam Majmu’ Syarh Muhadzab [2/191]
Al hafidz Ibnu Hajar mengatakan: Perawi-perawinya terpercaya. Saya tidak menemukan hujjah yang kuat bagi orang yang mencacatnya [Fathul Bariy:1/359]
Ibnu Abdul Hadiy dalam al Muharar telah menukil dari al Humaidiy bahwasanya beliau menshahihkan hadits ini [al Muharar:1/86]
Ibnu Qathan dalam Bayanu al Wahm wal iiham telah menshahihkan hadits ini [Bayanu al Wahm wal iiham: 5/226]
2.Makna lafadz-lafadz musykil:
: seorang laki-laki.Seseorang apabila telah baligh dinamakan rajulرَجُلٌ
نَهَى : Melarang.Larangan adalah ucapan yang mengandung tuntutan untuk menahan diri dari sesuatu dengan menggunakan konteks kalimat tertentu, yaitu kata kerja bentuk mudhari [mengandung waktu sekarang atau akan datang] yang disertai dengan laa nahiyah [menyatakan larangan].
الْمَرْأَةُ: Wanita. Kaum wanita dari kalangan bani Adam setelah mencapai usia baligh.
3.Faedah dan kandungan hukum:
Kaum wanita dilarang mandi menggunakan air sisa mandinya seorang laki-laki dan juga sebaliknya.
Larangan dalam hadits ini bersifat makruh, bukan haram karena adanya riwayat yang lain yang menyatakan bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam mandi dengan menggunakan air sisa mandi sebagian istri Beliau.
Ibnu Abbas,beliau mengatakan:
اغتسلت بعض أزواج النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ في حفنة فجاء يغتسل منها ، فقالت: إني كنت جنباً فقال: إن الماء لا يَجْنُب
“ Sebagian istri Nabi mandi di bak besar lalu Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam datang untuk mandi darinya.Maka istri Beliau mengatakan: Saya tadi dalam keadaan junub.Maka Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda: Sesungguhnya air tidaklah berjunub” [H.R.At Tirmidziy:65, Ibnu Khuzaimah:109 dan telah menshahihkannya syaikh al Baniy dalam Irwaul Ghalil:27]
Dalam riwayat Muslim disebutkan:
كان يغتسل بفضل ميمونة
“Beliau shalallahu ‘alaihi wa salam mandi dengan menggunakan sisa Maimunah” [H.R.Muslim:323]
Dan telah dimaklumi dalam kaedah ushul fikih bahwasanya perkara yang makruh diperbolehkan untuk dilakukan ketika adanya hajat.
Imam as Shan’aniy dalam subulus salam mengatakan:
“ Yang paling dhahir adalah bolehnya dua perkara tersebut [mandinya kaum wanita dari bekas bersucinya kaum lelaki dan sebaliknya] dan larangan tersebut dibawa kepada mak na tanzih [makruh tanzih]“ [Subulus Salam:1/115, as Shan’aniy].
Wallahu a’lam bi ash shawab
Bersyukur, Jangan Kufur Kawanku…!